TUGAS FISIKA
SIFAT
ZAT MEKANIK & SUHU DAN KALOR
Nama : Armita Febrianasari
Kelas : X
- 4
No.Absen : 4
SEKOLAH
MENENGAH KEJURUAN SMAK BOGOR
SIFAT
ZAT MEKANIK
Sifat mekanik adalah kemampuan
suatu zat ( bahan ) dalam menahan beban ( gaya ) yang dikenakan pada zat itu.
Tinjauan sifat mekanik zat meliputi kekuatan, kekerasan, elastisitas, kekakuan,
plastisitas dan kelelahan bahan.
Selain itu ada yang mengatakan bahwa
sifat zat mekanik adalah kemampuan suatu zat (bahan) dalam menahan beban atau
gaya yang dikenakan padanya. Berdasarkan jenis bahannya sifat zat mekanik
terbagi menjadi dua, yaitu antara lain :
1.
Logam
a. Ferro Þ besi
b. Non Ferro Þ Cu, Mg, Zn, Pb, dan lain-lain
2. Non Logam
Contoh: kayu, asbes, karet, plastik, dan lain-lain
Selain
berdasarkan jenis bahannya, sifat zat mekanik juga dapat dibedakan berdasarkan
sifat zatnya. Maka daripada itu, berdasarkan sifatnya, zat (bahan) dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu antara lain :
1. Elastis
Elastis
adalah bahan yang dapat kembali ke bentuk semula jika gaya yang diberikan
ditiadakan.
2. Plastis
Berbeda dengan elastis, plastis adalah
bahan yang tidak dapat kembali ke bentuk semula setelah gaya ditiadakan.
A. Elastisitas
Elastis
atau elastsisitas adalah kemampuan sebuah benda untuk kembali ke bentuk awalnya
ketika gaya luar yang diberikan pada benda tersebut dihilangkan. Jika sebuah
gaya diberikan pada sebuah benda yang elastis, maka bentuk benda tersebut
berubah. Untuk pegas dan karet, yang dimaksudkan dengan perubahan bentuk adalah
pertambahan panjang. Benda-benda elastis juga memiliki batas elastisitas.
Selain
itu ada yang berpendapat kalau elastisitas adalah kecenderungan pada suatu
benda untuk berubah dalam bentuk baik panjang, lebar maupun tingginya, tetapi
massanya tetap, hal itu disebabkan oleh gaya-gaya yang menekan atau menariknya,
pada saat gaya ditiadakan bentuk kembali seperti semula.
Tetapi
didalam ilmu ekonomi, elastisitas dapat dikatakan sebagai perbandingan
perubahan proporsional dari sebuah variabel dengan perubahan variable lainnya.
Dengan kata lain, elastisitas mengukur seberapa besar besar kepekaan atau
reaksi konsumen terhadap perubahan harga.
Ada
pula contoh dari elastisitas ini, misalnya saja ketika anak kecil menarik karet
mainan sampai batas tertentu, karet tersebut bertambah panjang. Tetapi jika
tarikannya dilepaskan, maka karet akan kembali ke panjang atau bentuk semula.
Demikian pula yang akan terjadi bila seseorang merentangkan pegas, pegas
tersebut akan terbentang panjang, tetapi apabila dilepaskan pegas tersebut akan
kembali ke panjang semula.
Hal – hal tersebut disebabkan
karena benda – benda tersebut memiliki sifat elastis. Elastis atau elastisitas
adalah kemampuan sebuah benda untuk kembali bentuk awalnya ketika gaya luar
yang diberikan pada benda tersebut dihilangkan. Jika sebuah gaya diberikan pada
sebuah benda yang elastis, maka bentuk benda tersebut berubah. Untuk pegas dan
karet, yang dimaksudkan dengan perubahan bentuk adalah pertambahan panjang.
Gaya – gaya yang diberikan juga memilki batas –batas tertentu.
Sebuah karet bisa putus jika gaya tarik yang diberikan sangat besar, atau
melewati batas elastisitasnya. Demikian juga sebuah pegas tidak akan kembali ke
bentuk semula jika diregangkan dengan gaya yang sangat besar. Jadi benda –
benda elastis tersebut memiliki batasan elastisitas.
a.
Hukum Hooke
Pertambahan
panjang yang timbul berbanding lurus dengan gaya tarik yang diberikan. Hal ini
pertama kali diselidiki pada abad 17 oleh seorang arsitek berkebangsaan Inggris
bernama Robert Hooke. Hooke menyelidiki hubungan antara gaya tarik yang
diberikan pada sebuah pegas dengan pertambahan panjang pegas tersebut. Hooke
menemukan bahwa pertambahan panjang pegas yang timbul berbanding lurus dengan
gaya yang diberikan F x lebih jauh lagi, Hooke juga menemukan bahwa pertambahan
panjang pegas sangat bergantung pada karakteristik dari pegas tersebut. Pegas
yang mudah teregang seperti karet gelang akan mengalami pertambahan panjang
yang besar meskipun gaya yang diberikan kecil.
Sebaliknya
pegas yang sangat sulit teregang seperti pegas baja akan mengalami pertambahan
panjang yang sedikit saja meskipun diberi gaya yang besar. Karakteristik yang
dimiliki masing – masing pegas ini dinyatakan sebagai tetapan gaya yang kecil.
Sebaliknya pegas yang sulit teregang seperti pegas baja memiliki tetapan gaya
yang besar. Secara umum apa yang ditemukan Hooke bisa dinyatakan sebagai
berikut ;
F = k . x
Keterangan :
F = gaya yang
diberikan pada pegas ( N )
K = tetapan gaya
pegas ( N/m )
X = pertambahan
panjang pegas ( m )
Hal tersebut sesuai dengan hokum Hooke yaitu “ jika gaya tarik tidak melampaui batas elastisitas pegas,
maka perubahan panjang pegas berbanding lurus dengan gaya tariknya”.
Dengan kata lain kita dapat membagi hukum Hooke ini menjadi beberapa
bagian, contohnya seperti ;
Ø Hukum
Hooke pada pegas
Misalnya kita tinjau pegas yang dipasang horisontal, di mana pada
ujung pegas tersebut dikaitkan sebuah benda bermassa m. Massa benda kita
abaikan, demikian juga dengan gaya gesekan, sehingga benda meluncur pada permukaan
horisontal tanpa hambatan. Terlebih dahulu kita tetapkan arah positif ke kanan
dan arah negatif ke kiri. Setiap pegas memiliki panjang alami, jika pada pegas
tersebut tidak diberikan gaya. Pada kedaan ini, benda yang dikaitkan pada ujung
pegas berada dalam posisi setimbang.
Untuk semakin memudahkan pemahaman Anda,sebaiknya dilakukan juga
percobaan. Apabila benda ditarik ke kanan sejauh +x (pegas diregangkan), pegas
akan memberikan gaya pemulih pada benda tersebut yang arahnya ke kiri sehingga
benda kembali ke posisi setimbangnya .
Sebaliknya, jika benda ditarik ke kiri sejauh -x, pegas juga
memberikan gaya pemulih untuk mengembalikan benda tersebut ke kanan sehingga
benda kembali ke posisi setimbang.Besar gaya pemulih F ternyata
berbanding lurus dengan simpangan x dari pegas yang direntangkan atau ditekan
dari posisi setimbang (posisi setimbang ketika x = 0).
Persamaan ini sering dikenal sebagai persamaan pegas dan merupakan
hukum Hooke. Hukum ini dicetuskan oleh Robert Hooke (1635-1703). k adalah konstanta
dan x adalah simpangan. Tanda negatif menunjukkan bahwa gaya pemulih alias F
mempunyai arah berlawanan dengan simpangan x. Ketika kita menarik pegas ke
kanan maka x bernilai positif, tetapi arah F ke kiri (berlawanan arah dengan
simpangan x). Sebaliknya jika pegas ditekan, x berarah ke kiri (negatif),
sedangkan gaya F bekerja ke kanan. Jadi gaya F selalu bekeja berlawanan arah
dengan arah simpangan x. k adalah konstanta pegas. Konstanta pegas berkaitan
dengan elastisitas sebuah pegas.
Semakin besar konstanta
pegas (semakin kaku sebuah pegas), semakin besar gaya yang diperlukan untuk
menekan atau meregangkan pegas. Sebaliknya semakin elastis sebuah pegas
(semakin kecil konstanta pegas), semakin kecil gaya yang diperlukan untuk
meregangkan pegas. Untuk meregangkan pegas sejauh x, kita akan memberikan gaya
luar pada pegas, yang besarnya sama dengan F = +kx. Hasil eksperimen
menunjukkan bahwa x sebanding dengan gaya yang diberikan pada benda.
§
Hukum Hooke untuk Pegas yang
bergerak secara vertical
Hukum Hooke adalah hukum atau ketentuan
mengenai gaya dalam bidang ilmu fisika yang terjadi karena sifat elastisitas
dari sebuah pir atau pegas. Besarnya gaya Hooke ini secara proporsional akan
berbanding lurus dengan jarak pergerakan pegas dari posisi normalnya, atau
lewat rumus matematis dapat digambarkan sebagai berikut:
F adalah gaya (dalam unit newton ),
k adalah konstanta pegas (dalam newton per meter), x adalah jarak pergerakan
pegas dari posisi normalnya (dalam unit meter).
Hukum Hooke menyatakan hubungan
antara gaya F yang meregangkan pegas dan pertambahan panjang (X), didaerah
yang ada dalam batas kelentingan pegas.
F = k.Δx
Atau : F = k (tetap) xk adalah
suatu tetapan perbandingan yang disebut tetapan pegas yang nilainya berbeda untuk pegas yang berbeda. Tetapan pegas adalah gaya per
satuan tambahan panjang. Satuannya dalam SI adalah N/m
HukumHooke.
HukumHooke.
Salah satu prinsip dasar dari
analisa struktur adalah hukum Hooke yang menyatakan bahwa pada suatu struktur :
hubungan tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah proporsional atau
hubungan beban (load) dan deformasi (deformations) adalah proporsional.
Struktur yang mengikuti hukum Hooke dikatakan elastis linier dimana hubungan F
dan y berupa garis lurus.
Ø Hukum
Hooke untuk benda non pegas
Hukum Hooke ternyata berlaku juga untuk semua benda padat, dari
besi sampai tulang tetapi hanya sampai pada batas-batas tertentu. Pada benda
bekerja gaya berat (berat = gaya gravitasi yang bekerja pada benda), yang
besarnya = mg dan arahnya menuju ke bawah (tegak lurus permukaan bumi). Akibat
adanya gaya berat, batang logam tersebut bertambah panjang sejauh (∆L). Jika besar pertambahan panjang (∆L) lebih kecil dibandingkan dengan
panjang batang logam, hasil eksperimen membuktikan bahwa pertambahan panjang (∆L) sebanding dengan gaya berat yang
bekerja pada benda.
Kita juga bisa menggantikan gaya berat dengan gaya tarik,
seandainya pada ujung batang logam tersebut tidak digantungkan beban. Besarnya
gaya yang diberikan pada benda memiliki batas-batas tertentu. Jika gaya sangat
besar maka regangan benda sangat besar sehingga akhirnya benda patah.
Jika sebuah benda diberikan gaya maka hukum Hooke hanya berlaku
sepanjang daerah elastis sampai pada titik yang menunjukkan batas hukum
Hooke. Jika benda diberikan gaya hingga melewati batas hukum Hooke dan
mencapai batas elastisitas, maka panjang benda akan kembali seperti semula jika
gaya yang diberikan tidak melewati batas elastisitas.
Tapi hukum Hooke tidak berlaku pada daerah antara batas
hukum Hooke dan batas elastisitas. Jika benda diberikan
gaya yang sangat besar hingga melewati batas elastisitas, maka
benda tersebut akan memasuki daerah plastis dan ketika gaya
dihilangkan, panjang benda tidak akan kembali seperti semula; benda tersebut
akan berubah bentuk secara tetap. Jika pertambahan panjang benda mencapai titik
patah, maka benda tersebut akan patah.
Berdasarkan persamaan hukum Hooke di atas, pertambahan
panjang (∆L) suatu benda bergantung pada besarnya gaya
yang diberikan (F) dan materi
penyusun dan dimensi benda (dinyatakan dalam konstanta k). Benda
yang dibentuk oleh materi yang berbeda akan memiliki pertambahan panjang yang
berbeda walaupun diberikan gaya yang sama, misalnya tulang dan besi. Demikian
juga, walaupun sebuah benda terbuat dari materi yang sama (besi, misalnya), tetapi
memiliki panjang dan luas penampang yang berbeda maka benda tersebut akan
mengalami pertambahan panjang yang berbeda sekalipun diberikan gaya yang sama.
Jika kita membandingkan batang yang terbuat dari materi yang sama tetapi
memiliki panjang dan luas penampang yang berbeda, ketika diberikan gaya yang
sama, besar pertambahan panjang sebanding dengan panjang benda mula-mula dan
berbanding terbalik dengan luas penampang. Makin panjang suatu benda, makin
besar besar pertambahan panjangnya, sebaliknya semakin tebal benda, semakin
kecil pertambahan panjangnya.
Persamaan ini menyatakan hubungan antara pertambahan panjang (∆L) dengan
gaya (F) dan konstanta (k). Materi penyusun dan dimensi benda
dinyatakan dalam konstanta k. Untuk materi penyusun yang sama,
besar pertambahan panjang (delta L) sebanding dengan panjang
benda mula-mula (Lo) dan berbanding terbalik dengan
luas penampang (A).
b. Energi Potensial Pegas
Menurut hukum Hooke, untuk
meregangkan pegas sepanjang diperlukan gaya
sebesar . Ketika
teregang, pegas memiliki energi potensial, jika gaya tarik
dilepas, pegas akan melakukan usaha sebesar
Grafik tersebut menunjukan hubungan antara besar gaya yang
diberikan pada pegas dan pertambahan panjang pegas. Energi potesial pegas ( Ep ) dapat diperoleh dengan
menghitung luas daerah dibawah kurva, jadi sebagai berikut ;
Energi potensial ini juga dapat dicontohkan apabila seseorang merengangkan
sepotong pegas berarti memberikan energi kepada pegas tersebut. Energi ini akan
disimpan atau dimiliki oleh pegas yang sudsh meregang sebagai regangan. Bila
batas elastisitas tidak dilampaui, energi ini akan dilepaskan kembali dengan
sempurna, misalnya karet yang diregangkan dapat melemparkan batu ( pada ketapel
). Kejadian ini sama halnya seperti mengangkat sebuah benda dari permukaan bumi
ke ketinggian tertentu, pada ketinggian tertentu tersebut benda sudah memiliki
energi potensial. Oleh karena itu, energi yang dimiliki pegas dalam keadaan
teregang disebut juga energi potensial pegas.
c. Rangkaian Pegas
Suatu rangakaian pegas pada dasarnya tersusun dari susunan
seri dan / atau susunan paralel. Maka daripada itu, dibawah ini akan dijelaskan
lebih lanjut tentang rangkaian pegas seri maupun rangkaian pegas paralel.
v
Rangkaian Pegas Seri
Rangkaian
ini disusun secara seri. Sebagai contohnya, misalkan kita menyambungkan dua
pegas dengan konstanta . Sebelum diberi beban,
panjang masing – masing pegas adalah , ketika diberikan
beban seberat, maka panjang pegas atas bertambah sebesar dan panjang pegas bawah
bertambah ssebesar . Berarti
pertambahan panjang total pegas
gaya yang bekerja pada pegas atas dan pegas bawah sama besar. Gaya tersebut sama dengan gaya yang diberikan oleh beban yaitu .
gaya yang bekerja pada pegas atas dan pegas bawah sama besar. Gaya tersebut sama dengan gaya yang diberikan oleh beban yaitu .
Berarti
bisa dituliskan rumus – rumus seperti dibawah ini:
Dan
jika adalah konstanta pengganti untuk susunan dua
pegas diatas, maka berlaku atau dengan menghilangkan w pada kedua ruas, maka kita peroleh konstanta pegas pengganti yang
memenuhi persamaan:
Dibawah
ini adalah gambar dari rangkaian pegas susunan seri:
v
Rangkaian pegas Paralel
Rangkaian
ini disusun secara parallel. Sebagai contohnya, misalkan kita memiliki dua
pegas yang tersusun secara parallel, sebelum mendapat beban, panjang masing –
masing pegas adalah . Ketika diberi beban,
kedua pegas mengalami pertambahan panjang yang sama besar, yaitu . Gaya yang dihasilkan oleh beban terbagi menjadi dua
pegas, masing – masing besarnya dan .
Maka
daripada itu, berdasarkan hukum Hooke diperoleh rumus, anatara lain :
Gaya
ke bawah dan total gaya ke atas pada beban harus sama sehingga menjadi atau . Dengan menghilangkan pada kedua ruas diperoleh rumus seperti ;
Berikut
adalah gambar dari rangkaian pegas parallel, yaitu :
B. Tegangan / Stress
Kekuatan suatu bahan berhubungan dengan besar gaya yang
mampu ditahan oleh bahan itu sampai tepat pecah atau patah. Kelakuan atau
ketegaran, hubungan dengan ketahanan bahan itu terhadap suatu gangguan pada
perubahan bentuk atau ukuran atau kedua – keduanya.
Bahan yang kaku tidak mudah bengkok, berarti daya lenturnya
kecil atau kurang fleksibel. Kelenturan suatu bahan hubungan dengan ketahanan
terhadap pukulan, tekanan, bengkokkan, juga tahan bila digulung atau direngang
menjadi bentuk – bentuk yang kita kehendaki, bahan yang keras adalah bahan yang
tidak mudah rapuh ( tidak mudah retak ).
Untuk pengujian sifat – sifat diatas, dalam bidang
teknologi dibuat alat – alat khusus, sehingga dapat membandingkan sifat mekanis
bahan tertentu dengan teliti. Untuk membandingkn sifat mekanis suatu bahan
digunakan istilah tegangan atau stess dan regangan atau strain.
Begitulah adalah awal dari adanya tegangan dan regangan.
Disini akan dijelaskan tentang tegangan terlebih dahulu. Tegangan adalah gaya
per satuan luas penampang, satuan tegangan adalah N/m2. Atau juga
ada yang memberikan pendapat bahwa tegangan adalah tahanan material terhadap
gaya atau beban. Tegangan diukur dalam bentuk gaya per luas.
Rumus dari tegangan sendiri dapat dituliskan sebagai
berikut :
Tegangan (stress)
= gaya
Luas
penampang
Tegangan normal adalah tegangan yang tegak lurus terhadap
permukaan dimana tegangan tersebut diterapkan. Tegangan normal berupa tarikan
atau tekanan. Satuan SI untuk tegangan normal adalah Newton per meter kuadrat
(N/m2) atau Pascal (Pa). Tegangan dihasilkan dari gaya seperti : tarikan,
tekanan atau geseran yang menarik, mendorong, melintir, memotong atau mengubah
bentuk potongan bahan dengan berbagai cara. Perubahan bentuk yang terjadi
sering
sangat kecil dan hanya testing machine adalah contoh
peralatan yang dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan bentuk yang kecil
dari bahan yang dikenai beban. Cara lain untuk mendefinisikan tegangan adalah
dengan menyatakan bahwa tegangan adalah jumlah gaya dibagi luas permukaan
dimana gaya tersebut bereaksi.
Tegangan normal dianggap positif jika menimbulkan suatu
tarikan (tensile) dan dianggap negatif jika menimbulkan penekanan (compression).Tegangan
normal (σ) adalah tegangan yang bekerja tegak lurus terhadap bidang luas
(Timoshenko dan Goodier,1986) :
Tegangan adalah besaran pengukuran intensitas gaya atau
reaksi dalam yang timbul persatuan luas. Tegangan menurut Marciniak dkk. (2002)
dibedakan menjadi dua yaitu, Engineering stress dan true stress. Engineering
stress dapat dirumuskan sebagai berikut :
A0 = Luas permukaan awal (mm2) Sedangkan True stress adalah
tegangan hasil pengukuran intensitas gaya reaksi yang dibagi dengan luas
permukaan sebenarnya (actual). True stress dapat dihitung.
Untuk satuan gaya F yang
bekerja pada bahan dengan luas penampang A, adalah sebagai beriku :
σ =
C. Regangan / Strain
Sama seperti yang telah dijelaskan pada tegangan
sebelumnya, bahwa regangan juga memiliki kisah yang sama dengan tegangan. Sebelumnya
akan dijelaskan apa yang dimasksud dengan regangan atau strain. Regangan adalah
perbandingan antara pertambahan panjang suatu batang terhadap panjang awal
mulanya bila batang itu diberi gaya.
Selain itu adapula yang mendefinisikan regangan sebagai
perubahan ukuran atau bentuk material dari panjang awal sebagai hasil dari gaya
yang menarik atau yang menekan pada material. Apabila suatu spesimen struktur
material diikat pada jepitan mesin penguji dan beban serta pertambahan panjang
spesifikasi diamati serempak, maka dapat digambarkan pengamatan pada grafik
dimana ordinat menyatakan beban dan absis menyatakan pertambahan panjang.
Batasan sifat elastis perbandingan regangan dan tegangan
akan linier akan berakhir sampai pada titik mulur.Hubungan tegangan dan
regangan tidak lagi linier pada saat material mencapai pada batasan fase sifat
plastis. Menurut Marciniak dkk. (2002) regangan dibedakan menjadi dua, yaitu : engineering
strain dan true strain.
Engineering strain adalah regangan yang dihitung
menurut dimensi benda aslinya (panjang awal). Sehingga untuk mengetahui
besarnya regangan yang terjadi adalah dengan membagi perpanjangan dengan
panjang semula.
Regangan adalah
pertambahan panjang untuk tiap satu satuan panjang atau dapat dituliskan
sebagai berikut :
Regangan (strain ) = pertambahan
panjang
Panjang semula
Jika pertambahan panjang ∆ℓ dan panjang mula – mula L, maka
regangannya adalah sebagai berikut ;
e
= ∆ℓ
ℓ
Ø
Kurva Tegangan Regangan
Menurut Marciniak dkk. (2002) ada beberapa hal yang harus
diketahui dalam hal Tegangan Regangan pada mekanis bahan yaitu :
§ Kurva True stress and True strain
Proses pengepresan (stamping)
atau sheet metal forming menggunakan sifat plastis (plasticity)
dari material logam yang akan menyebabkan bahan pelat menjadi
bentuk baru apabila diregang melebihi batas elastis (elasticity)
sehingga deformasinya permanen.
Hal yang mendasar dari proses
pengepresan adalah memanfaatkan sifat plastisitas dari material saat pelat
diberi gaya. Dengan memanfaatkan tahap plastisitas tersebut maka proses
pembentukan dapat dicapai, dimana bentuk pela t akan sesuai dengan bentuk cetakan
yang diinginkan (Rao, 1987).
Konsep ini terdapat pada kurva
tegangan-regangan sebenarnya (true strain-stress curve). Daerahplastis
terdapat pada garis kurva diatas titik mulur batas tegangan dimana material
tidak akan kembali ke bentuk semula apabila beban dilepas, dan akan mengalami
deformasi tetap yang disebut permanent set
1. Temperatur
Faktor temperatur sangat mempengaruhi
bentuk kurva Tegangan - Regangan. Secara umum hubungan dari temperatur terhadap
material biasanya semakin meningkatnya temperatur material akan meningkatkan
keuletan (ductility) dan ketangguhan (toughness) material,
menurunkan modulus elastisitas, titik luluh.
2. Strain rate
Strain rate adalah laju deformasi benda ketika
mendapat beban. Dalam proses manufaktur, benda kerja akan meregang terdeformasi
sesuai dengan kecepatan beban yang diterimanya. Strain rate merupakan fungsi
perubahan geometri benda / spesimennya. Efek dari strain rate pada flow
stress adalah semakin tinggi strain rate, makin tinggi flow
stress. Efek ini adalah kebalikan dari efek temperature pada flow stress.
D. Modulus Elastisitas / Young
Ada yang mengatakan kalau modulus
elastisitas atau young ini adalah perbandingan antara tegangan dan regangan.
Selain itu adapula yang mengatakan dari kedua persamaan dalam regangan maupun
tegangan, dapat diambil kesimpulan bahwa bila ingin mencari modulus elastisitas
atau young ini dapat dicari menggunakan persamaan atara regangan dan tegangan
tersebut. Satuan untuk mdulus elastisitas adalah N/m2.
Keterangan ( dalam SI ) :
Strain atau regangan dengan simbol e
didefinisikan sebagai pertambahan panjang dibagi panjang mula-mula ,
Dengan adalah
panjang mula-mula
dan adalah
perubahan panjang .
Adalah perbandingan Tegangan (stress) dan Regangan (strain)
E. Contoh Soal
1)
Tali
nilon berdiameter 2 mm ditarik dengan gaya 100 Newton. Tentukan tegangan tali!.
§ Diketahui :
Gaya
tarik (F) = 100 Newton
Diameter
tali (d) = 2 mm = 0,002 meter
Jari
– jari tali (r) = 1 mm = 0,001 meter
§ Ditanya
Tegangan
tali = ?
§ Jawab :
Luas
penampang tali :
Tegangan tali :
2)
Seutas
tali mempunyai panjang mula – mula 100cm ditarik hingga tali tersebut mengalami
pertambahan panjang 2 mm. Tentukan regangan tali!
§ Diketahui :
§ Ditanya :
Regangan
tali = ?
§ Jawab :
3)
Suatu
tali berdiameter 4 mm dan mempunyai panjang awal 2 meter ditarik dengan gaya
200 Newton hingga panjang tali berubah menjadi 2,02 meter . Hitung tegangan
tali, regangan tali, dan modulus elastisitas young!.
§ Diketahui :
§ Ditanya :
a) Tegangan Tali = ?
b) Regangan Tali = ?
c) Modulus Young = ?
§ Jawab :
a) Tegangan Tali :
b) Regangan Tali :
c) Modulus Young :
4)
Seutas
tali nilon berdiameter 1 cm dan panjang awal 2 meter mengalami tarikan 200 Newton.
Hitung pertambahan panjang senar tersebut!. E nilon = 5 x 109 N/m2
§ Diketahui :
§ Ditanya :
Pertambahan
panjang = ?
§ Jawab :
Rumus
modulus young :
Pertambahan
panjang tali nilon :
Jadi,
pertambahan panjang tali nilon adalah 0,26 milimeter.
5)
Tiang
beton mempunyai tinggi 5 meter dan luas penampang lintang 3 m3
menopang beban bermassa 30.000 kg. hitunglah tegangan tiang, regangan tiang,
perubahan tinggu tiang!. Gunakan g = 10 m/s2. Modulus elastis young
beton = 20 x 109 N/m2.
§ Diketahui :
§ Ditanya :
a. Tegangan tiang = ?
b. Regangan tiang = ?
c. Perubahan tinggi tiang = ?
§ Jawab :
a. Tegangan tiang :
b. Regangan tiang :
c. Perubahan tinggi tiang :
Jadi,
tiang bertambah pendek 0,0025 mm.
SUHU
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin
suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah thermometer.
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung
menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi maka
diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan valid.
Pada abad 17 terdapat 30 jenis skala
yang membuat para ilmuan kebingungan. Hal ini memberikan inspirasi pada Anders
Celcius (1701 – 1744) sehingga pada tahun 1742 dia memperkenalkan skala
yang digunakan sebagai pedoman pengukuran suhu. Skala ini diberinama sesuai
dengan namanya yaitu Skala Celcius.
Apabila benda didinginkan terus maka
suhunya akan semakin dingin dan partikelnya akan berhenti bergerak, kondisi ini
disebut kondisi nol mutlak. Skala Celcius tidak bisa menjawab masalah ini maka Lord
Kelvin (1842 – 1907) menawarkan skala baru yang diberi nama Kelvin. Skala
kelvin dimulai dari 273 K ketika air membeku dan 373 K ketika air mendidih.
Sehingga nol mutlak sama dengan 0 K atau -273°C. Selain skala tersebut ada juga
skala Reamur dan Fahrenheit. Untuk skala Reamur air membeku pada suhu 0°R dan
mendidih pada suhu 80°R sedangkan pada skala Fahrenheit air membuka pada suhu
32°F dan mendidih pada suhu 212°F.
Selain itu, suhu diartikan sebagai besaran termodinamika
yang menunjukkan besarnya energi kinetik translasi rata-rata molekul dalam
sistem gas ; suhu diukur dengan menggunakan termometer (kamus kimia : balai
putaka : 2002).
Suhu menunjukkan derajat panas benda.
Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara
mikroskopis. Suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom
dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan
maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun
benda, makin tinggi suhu benda tersebut.
Suhu juga biasanya didefinisikan sebagai ukuran atau derajat
panas dinginnya suatu benda atau sistem. Benda yang panas memiliki suhu yang tinggi,
sedangkan benda yang dingin memiliki suhu yang rendah. Pada hakikatnya, suhu
adalah ukuran energi kinetik rata-rata yang dimiliki oleh molekul - molekul
sebuah benda.
Sebagai contoh, ketika kita memanaskan sebuah besi atau alumanium
maka akan terjadi proses pemuaian pada besi tersebut. Ketika kita mendinginkan
air sampai pada suhu dibawah nol derajat maka air tersebut akan membeku.
Sifat-sifat benda yang bisa berubah akibat adanya perubahan suhu disebut sifat
termometrik.
Selain itu, dari beberapa sumber suhu dikatakan sebagai ukuran
relative panas dinginnya suatu benda atau sistem. Alat ukur untuk mengukur perubahan suhu yaitu
thermometer. Ada beberapa jenis thermometer yang memiliki skala bawah dengan
acuan es pada saat membeku dan skala atas dengan acuan air mendidih. Acuan ini
ditentukan pada tekanan 1 atm = 76 cm Hg.
Seperti pada gambar dibawah ini :
Dari gambar diatas,
rentang skala Celcius adalah 100 skala, Reamur 80 skala, Fahrenheit 180 skala
dan Kelvin 100 skala. Jika skala C, R, F dan K kita bandingkan melalui
pembagian skalanya akan didapat : C : R : F : K adalah 100 : 80 : 180 : 100 dan
disederhanakan menjadi C : R : F : K adalah 5 : 4 : 9 : 5. Kita mendapatkan
hubungan antara C, R, F dan K sebagai berikut :
Agar dapat lebih memahami, lihatlah beberapa contoh soal
dari suhu, dibawah ini :
1.
Sejumlah air didalam teko dpanaskan
hingga suhunya 50° C. Hitunglah suhu air tersebut jika diukur dalam skala
Reamur, Fahrenheit dan Kelvin.
Jawab :
50° C = 4/5 X 50° R = 40° R
=
9/5 X 50° + 32° F = 122° F
= 50° + 273 K = 323 K
Selain itu dari gambar yang diatas dapat diberitahukan cara
untuk mengubah dari skala celcius ke skala Fahrenheit, seperti yang dibawah ini
:
Karena memang dalam mengubah skala
celcius ke skala Fahrenheit memang memberikan kesulitan atau terkadang memang
menyulitkan untuk mencarinya.
Suhu juga terkadang dikatakan
sebagai temperature. Alat untuk mengatur temperature atau suhu adalah
termometer. Dengan berkembangnya zaman termometer menjadi lebih banyak
jenisnya, begitu pula fungsi dari termometer yang lebih baik lagi.
A.
Termometer
Termometer pada zaman sekarang
memiliki fungsi yang banyak dan mampu untuk membantu manusia untuk mengukur
suhu dan lain-lain. Selain itu bentuk – bentuk dari termometer sendiri sudah
mulai beragam. Ini bertujuan untuk membantu meningkatkan peminat untuk membeli
termometer ini. Berikut adalah macam-macam dari termometer, antara lain :
a.
Termometer Bulb atau Raksa
Termometer ini adalah termometer
yang sering digunakan, ada ciri-ciri dari termometer ini yaitu antara lain ;
- Menggunakan gelembung besar (bulb) pada ujung bawah tempat menampung cairan, dan tabung sempit (lubang kapiler) untuk menekankan perubahan volume atau tempat pemuaian cairan.
- Berdasar pada prinsip suatu cairan volumenya berubah sesuai temperatur. Cairan yang diisikan kadang-kadang alkohol yang berwarna tetapi juga bisa cairan metalik yang disebut merkuri, keduanya memuai bila dipanaskan dan menyusut bila didinginkan
- Ada nomor disepanjang tuba gelas yang menjadi tanda besaran temperatur.
- Keutungan termometer bulb antara lain tidak memerlukan alat bantu, relatif murah, tidak mudah terkontaminasi bahan kimia sehingga cocok untuk laboratorium kimia, dan konduktivitas panas rendah.
- Kelemahan termometer bulb antara lain mudah pecah, mudah terkontaminasi cairan (alkohol atau merkuri), kontaminasi gelas/kaca, dan prosedur pengukuran yang rumit (pencelupan).
- Penggunaan thermometer bulb harus melindungi bulb dari benturan dan menghindari pengukuran yang melebihi skala termometer.
Selain
itu, termometer ini juga memiliki kekurangan yaitu antara lain :
·
Harga dari raksa ataupun alkohol
yang digunakan didalam mahal.
·
Harga dari termometer ini juga
sedikit lebih mahal dari pada termometer yang didalamnya berisi air.
·
time constant effect, waktu yang diperlukan konduksi panas
dari luar ke tengah batang kapiler.
·
thermal
capacity effect, apabila massa yang diukur relatif kecil, akan banyak
panas yang diserap oleh termometer dan mengurangi suhu sebenarnya
·
cairan (alkohol, merkuri) yang terputus
·
kesalahan pembacaan
·
kesalahan pencelupan
b.
Termometer Spring
Termometer ini mungkin sangat jarang digunakan dalam kehidupan sehari –
hari, karena biasanya dikehidupan sehari – hari kita lebih biasa menggunakan
termometer bulb. Sama seperti termometer bulb, termometer spring juga mempunyai
beberapa ciri – ciri, yaitu antara lain :
- Menggunakan sebuah coil (pelat pipih) yang terbuat dari logam yang sensitif terhadap panas, pada ujung spring terdapat pointer.
- Bila udara panas, coil (logam) mengembang sehingga pointer bergerak naik, sedangkan bila udara dingin logam mengkerut pointer bergerak turun. Secara umum termometer ini paling rendah keakuratannya di banding termometer bulb dan digital.
- Penggunaan termometer spring harus selalu melindungi pipa kapiler dan ujung sensor (probe) terhadap benturan/ gesekan. Selain itu, pemakaiannya tidak boleh melebihi suhu skala dan harus diletakkan di tempat yang tidak terpengaruh getaran.
c.
Termometer Inframerah
Sama
seperti termometer spring yang jarang dalam kehidupan sehari – hari, termometer
infra merah juga sangat jarang digunakan dalam kehidupan sehari – hari. Tetapi
biasanya termometer ini digunakan didalam kedokteran atau dirumah sakit,
biasanya digunakan untuk mengetahui suhu atau temperature dengan cara yang
lebih mudah dan lebih cepat.
Termometer
inframerah ini digunakan untuk mendeteksi termperatur secara optic selama objek
diamati, radiasi energi inframerah diukur dan disajikan sebagai suhu dengan
mengetahui jumlah energi inframerah yang dipancarkan oleh objek dan emisinya
sehingga tempertemperature dapat dibedakan. Maka dari pada itu, termometer ini
lebih sering digunakan dalam kedokteran atau dirumah sakit daripada dikehidupan
sehari – hari bermasyarakat. Karena selain dari harganya yang mahal, termometer
ini juga jarang atau sulit didapatkan.
d.
Termometer Digital
Termometer
digital ini sangat mudah untuk digunakan, juga mulai banyak digunakan dalam
kehidupan sehari – hari. Termometer ini sangat bisa untuk mempersingkat dalam
mengukur suhu, baik suhu badan ataupun lainnya.
B.
Kalibrasi Termometer
Setelah diatas telah diberitahukan
tentang alat ukur suhu, dan macam – macamnya, sekarang kita akan membahas
tentang kalibrasi termometer. Kalibrasi termometer adalah kegiatan menetapkan skala
sebuah termometer yang belum memiliki skala.
Suhu merupakan besaran pokok dalam
fisika. Oleh karena itu, seperti besaran – besaran pokok yang lain suhu
mempunyai standar. Standar untuk suhu disebut titik tetap. Ada dua titik tetap, yaitu titik tetap bawah dan titik
tetap atas.
Pada kenyataannya, suhu yang
diketahui tetapi ialah suhu pada waktu benda mengalami perubahan wujud. Untuk
pengukuran suhu yang tidak begitu tinggi digunakan titik lebur es sebagai
ttitik tetap bawah dan titik didih air sebagai titik tetap atas.
Titik tetap bawah adalah titik lebur
es murni dan ditandai dengan angka 0. Alasan menyebut es murni adalah karena
ketidak murnian es akan menyebabkan titik lebur es lebih rendah. Sedangkan
titik tetap atas adalah suhu uap diatas air yang sedang mendidih pada tekanan 1
atm dan ditandai dengan angka 100. Alasan menyebut tekanan 1 atm adalah karena
titik didih air sangat dipengaruhi oleh tekanan udara diatas permukaan air.
Suhu air mendidih tidak digunakan sebagai titik tetap atas karena ketidak
murnian akan menyebabkan titik didih air lebih tinggi, sedangkan suhu uap tidak
terpengaruh.
C.
Skala
Ø Skala Kelvin
Suhu
adalah ukuran energi kinetic rata – rata partikel dalam suatu benda. Kelajuan
gerak partikel secara bertahap berkurang dengan turunnya suhu. Saat suhu
mencapai kira – kira -273,160C, gerak partikel berhenti, sehingga
tidak ada lagi panas yang dapat diukur. Jadi, pada suhu ini energi kinetic
partikel sama dengan nol. Suhu inilah yang merupakan suhu paling rendah yang
mungkin dapat dimiliki oleh suatu benda. Suhu ini disebut nol mutlak.
Ilmuan
pertama yang mengusulkan pengukuran suhu berdasarkan suhu nol mutlak adalah
seorang ahli fisika Inggris, Lord Kelvin (1824-1907). Skala suhu yang
ditetapkannya disebut skala kelvin.
Suhu – suhu pada skala kelvin diukur dalam derajat yang disebut kelvin, diberi
lambing K (bukan 0K).
Hubungan
antara skala Celcius dengan skala Kelvin dapat dinyatakan dengan persamaan
berikut :
T = t + 273
Kalangan
ilmuwan lebih menyenangi skala Kelvin karena skala ini tidak dikalibrasi
berdasarkan titik lebur dan titik didih air, tetapi dikalibrasi berdasarkan
batasan energi yang dimiliki oleh benda tersebut. Oleh karena itu, ilmuwan
menetapkan satuan SI untuk suhu adalah Kelvin. Skala Kelvin disebut juga skala
termodinamik atau skala
mutlak.
Ø Skala Fahrenheit
Pada skala
Fahrenheit, titik lebur es diberi angka 32 dan titik didih air diberi angka
212. Skala ini dinamakan skala Fahrenheit sesuai dengan nama ilmuwan yang
membuatnya pertama kali, yaitu Gabriel Fahrenheit (1686-1736)
Hubungan
anatara skala Fahrenheit dan skala Celcius dapat ditunjukan seperti dibawah
ini:
∆F : ∆C = 180 : 100
∆F : ∆C =
9 : 5
( tF
– 32 ) :
tC = 9
: 5
Berikut adalah
satuan Skala Suhu :
Dari
|
ke
|
|||||||||
Celsius
|
Reamur
|
Fahrenheit
|
Kelvin
|
|||||||
Celsius
|
Reamur
|
Fahrenheit
|
Kelvin
|
|
Titik didih
|
100
|
80
|
212
|
373
|
Titik beku
|
0
|
0
|
32
|
273
|
Selisih kedua titik
|
100
|
80
|
180
|
100
|
perbandingan
|
5
|
4
|
9
|
5
|
KALOR
Dalam
arti sempit kalor adalah energi yang
berpindah. Dengan demikian dapat diartikan secara luar bahwa kalor
sebagai energi yang berpindah
dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah ketika
kedua benda bersentuhan.
Selain itu
ada yang mendefinisikan kalor sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu
zat. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda
yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang
dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah
maka kalor yang dikandung sedikit.
Ada yang
mendefinisikan kalor sebagai bentuk energi yang berpindah dari suhu tinggi ke
suhu rendah. Jika suatu benda menerima atau melepaskan kalor maka suhu benda
itu akan naik atau turun atau wujud benda akan berubah.
Dan dengan
kata lain kalor yaitu bentuk energi yang berpindah dari benda yang suhunya
lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah ketika benda bersentuhan.
Setelah mengetahui tentang definisi kalor, kini akan dibahas tentang beberapa
hal yang menyangkut dengan kalor.
Satuan
kalor menurut SI atau MKS yaitu Joule ( J ) sedangkan menurut CGS yaitu erg.
Adapun untuk jenis makanan yaitu kalori. Yang dimaksud dengan kalori, sama
dengan 1 kalori adalah kalor yang dibutuhkan untuk menaikan suhu 1 gram air
sebesar 10C. 1 kalori sama
dengan 4,2 Joule atau 1 Joule atau sama dengan 0,24 kalori.
Selain itu
didalam kalor ada yang disebut tata kalor mekanik yaitu penyetaraan satuan
energi kalor dengan energi mekanik. Adapula kapasitas kalor (C), yaitu
banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan 1 gram atau 1 kg zat suhunya 10C
(satuan kalori/0C). Ada pula kalor jenis (c), yaitu banyaknya kalor
yang dibutuhkan untuk menaikkan 1 gram atau 1 kg zat sebesar 10C
(satuan kalori/ gram. 0C atau kkal/kg 0C). 1 kkal
(kilokalori) sama dengan 1000 kal (kalori) sama dengan 4200 Joule sama dengan
4,2 kj (kilojoule).
Kalor dapat menaikkan atau menurunkan suhu.Semakin
besar kenaikan suhu maka kalor
yang diterima semakin banyak. Semakin kecil kenaikan suhu maka kalor
yang diterima semakin sedikit.
Maka hubungan kalor (Q) berbanding
lurus atau sebanding
dengan kenaikan suhu (∆ T) jika massa (m) dan kalor jenis zat (c) tetap.
Semakin besar massa
zat (m) maka kalor (Q) yang
diterima semakin banyak. Semakin kecil massa zat (m) maka kalor (Q) yang diterima semakin sedikit. Maka hubungan kalor
(Q) berbanding lurus atau sebanding dengan massa zat (m) jika kenaikan suhu (∆ T) dan kalor
jenis zat (c) tetap.
Semakin besar kalor
jenis zat (c) maka kalor (Q) yang diterima semakin banyak. Semakin
kecil kalor jenis zat (c) maka kalor (Q) yang diterima semakin sedikit. Maka hubungan kalor
(Q) berbanding lurus atau sebanding dengan kalor jenis zat
(c) jika kenaikan suhu (∆ T) dan massa zat (m) tetap.
1. Asas Black
Menurut asas Black apabila ada dua
benda yang suhunya berbeda kemudian disatukan atau dicampur maka akan terjadi
aliran kalor dari benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah.
Aliran ini akan berhenti sampai terjadi keseimbangan disini (suhu kedua benda
sama). Secara matematis dapat dirumuskan :
Q lepas = Q terima
m x c x Δt = m
x c x Δt
Catatan :
Kalor jenis suatu benda tidak
tergantung dari massa benda tetapi tergantung pada sifat dan jenis benda
tersebut. Pada setiap penyelesaian soal Asas Black, lebih mudah jika dibuat
diagram alirnya.
Kalor dapat dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu antara lain sebagai berikut :
·
Kalor yang digunakan untuk menaikkan
suhu
·
Kalor yang digunakan untuk mengubah
wujud (kalor laten), persamaan yang digunakan dalam kalor late nada dua macam Q
=m.U dan Q = m.L. Dengan U adalah kalor uap (J/kg) dan L adalah kalor lebur
(J/kg).
Maka daripada itu, dari keterangan –
keterangan diatas dapat disimpulkan kalau bunyi dari Asas Black juga dapat
dikatan seperti dibawah ini :
“Jumlah kalor yang dilepas oleh materi yang bersuhu lebih
tinggi akan sama dengan jumlah kalor yang diterima oleh materi yang suhunya
lebih rendah” bisa juga disederhanakan Kalor
yang dilepas akan sama dengan kalor yang diterima. (asas black)
Bisa seperti pada gambar dibawah
ini, bila diturunkan dari grafik dan rumus dari kalor itu sendiri, yaitu :
Contoh Soal Asas Black
Kita pakai contoh soal yang sangat
sederhana, perhatikan gambar di bawah jika volume air di gelas B adalah
setengah dari volume di gelas A, maka berapa suhu campurannya di gelas C?
Jawab
:
Q
lepas = Q terima
m2 c2 (t2-ta) = m1c1 (ta-t1)
m = volume x masa jenis = V.ρ
Vb.ρ c2(t2-ta) = Va.ρ c2(ta-t1) (karena sama-sama air, masa jenis dan kalor jenis bisa dicoret)
Vb. (t2-ta) = Va. (ta-t1)
1/2 Va.(t2-ta) = Va. (ta-t1)
1/2 (40-ta) = (ta-25)
40-ta = 2ta-50
40+50 = 2ta+ta
90 = 3 ta
ta = 30 derajat
m2 c2 (t2-ta) = m1c1 (ta-t1)
m = volume x masa jenis = V.ρ
Vb.ρ c2(t2-ta) = Va.ρ c2(ta-t1) (karena sama-sama air, masa jenis dan kalor jenis bisa dicoret)
Vb. (t2-ta) = Va. (ta-t1)
1/2 Va.(t2-ta) = Va. (ta-t1)
1/2 (40-ta) = (ta-25)
40-ta = 2ta-50
40+50 = 2ta+ta
90 = 3 ta
ta = 30 derajat
2.
Perbedaan Antara Suhu, Kalor dan Energi Dalam
Karena
kalor timbul akibat perbedaan suhu, maka sampai dengan pertengahan abad 18,
istilah kalor dan suhu memiliki arti yang sama. Joseph Black pada tahun 1760
merupakan orang pertama yang menyatakan perbedaan antara suhu dan kalor.
Suhu
adalah derajat anas atau dinginnya suatu benda yang diukur oleh termometer,
sedangkan kalor adalah sesuatu yang mengalir dri benda panas ke benda lebih
dingin untuk menyamakan suhunya.
Sedangkan
dalam fisika, istilah “kalor” selalu mengacu pada energi ang berpindah dari
satu enda ke benda lainnya karena perbedaan suhu. Begitu proses perpindahan
energi ini berhenti maka kalor tidak lagi memiliki arti. Jadi, kalor bukanlah
jah energi yang dikandung dalam suatu nda. Karena itu, tidaklah tepat
menyatakan bahwa suatu benda mengandung kalor.
Secara
sederhana kita dapat menyatakan beda anatara suhu, kalor, dan energi dalam
sebagai berikut. Suhu mempresentasikan energi kinetik satu molekul zat. Energi
dalam adalah ukuran energi seluruh molekul dalam zat. Sedangkan kalor adalah
perpindahan sebagian energi dalam dari suatu zat ke zat lain karena adanya
perbedaan suhu.
3. Teori Kalorik dan Teori Kinetik
Para ilmuwan menganggap bahwa kalor
adalah sejenis zat alir (disebut kalorik) yang terkandung dalam setiap benda
dan tidak dapat dilihat oleh mata manusia. Teori ini disebut teori kalorik dan
pertama kali diperkenalkan oleh Antonie Laurent Lavoiser (1743-1794), ahli
kimia berkebangsaan Perancis. Berdasarkan teori ini, satuan kalor mula – mula
diberi nama kalori (disingkat kal, menggunakan huruf kecil0. Kandungan energi
dalam makanan sering dinyatakan dalam kalori (ditulis dengan huruf besar K)
yang berarti kilokalori (disingkat kkal).
Teori kalorik menyatakan bahwa benda
yang suhunya tinggi mengandung lebih banyak kalorik daripada benda yang suhunya
rendah. Ketika kedua benda disentuhkan, benda kaya kalorik kehilangan sebagian
kaloriknya yang diberikan kepada benda miskin kalorik sampai kedua benda
mencapai suhu yang sama.
Teori kalorik dapat menjelaskan
pemuaian benda ketika dipanaskan dan proses hantaran kalor dalam sebuah
kalorimeter dengan memuaskan. Dan semua bentuk energi adalah ekivalen (setara),
dan ketika sejumlah energi hilang, proses selalu disertai dengan munculnya
sejumlah energi yang sama dalam bentuk lainnya. Ini mengarah pada kesimpulan
bahwa total jumlah energi dijaga tetap yang disebut prinsip kekekalan energi.
Dalam benda yang panas, partikel –
partikel bergerak lebih cepat, dank arena itu memiliki energi yang lebih besar daripada
partikel – partikel dalam benda yang lebih dingin, teori ini disebut dengan
teori kinetik.
4. Kapasitas Kalor
Kalor jenis adalah sifat khas suatu
zat yang menunjukkan kemampuannya untuk menyerap kalor. Zat yang kalor jenisnya
tinggi mampu menyerap lebih banyak kalor untuk menaikkan suhu yang rendah. Zat
– zat seperti ini dimanfaatkan sebagai tempat untuk menyimpan energi termal.
Kata kapasitas dapat memberikan
pengertian yang menyesatkan karena kata tersebut menyatakan “banyak kalor yang
daoat dimiliki oleh sebuah benda” yang dalam fisika tidak memiliki arti. Yang
sebenarnya diartikan oleh kata tersebut adalah banyak energi yang harus diberikan dalam bentuk kalor untuk
menaikkan suhu suatu benda sebesar satu derajat.
Dapat ditulis sebagai persamaan berikut
:
mc = Q
∆T
Jka kapasitas kalor diberi lambang C
maka :
C = Q atau Q = C.∆T
∆T
Maka daripada itu, kapasitas kalor
adalah banyak kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu benda sebesar 10C.
5. Kalorimeter
Kalorimeter adalah alat yang digunakan
untuk mengukur kalor. kalorimeter umumnya digunakan untuk menentukan kalor
suatu jenis suatu zat. Kalorimeter menggunakan teknik pencampuran dua zat
didalam suatu wadah. Jika kalor jenis suatu zat diketahui maka kalor jenis zat
lain yang dicampur dengan zat tersebut dapat dihitung. Ada berbagai
kalorimeter, tetapi disini akan dibahas tentang kalorimeter aluminium saja.
Pada dasarnya kalorimeter didesain
agar pertukaran kalor hanya terjadi didalam bejana kalorimeter dan menghindari
pertukaran kalor kelingkungan sekitarnya. Kalorimeter alumunium, dinding dalam
kedua bejana (bejana dalam dan bejana luar) dibuat mengkilat untuk mengurangi
radiasi kalor dan kehilangan kalor karena penyerapan dinding bejana. Cincin
serat (fiber) yang memisahkan kedua bejana dengantutup kayu adalah penghantar
kalor yang jelek. Ruang antara kedua dinding bejana berisi udara yang berfungsi
sebagai isolator kalor, sebab udara adalah penghantar kalor yang jelek.
Perpindahan Kalor
Pada dasarnya kalor berpindah dari
benda yang suhunya tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah. Perpindahan kalor
merupakan peristiwa atau proses mengalirnya panas (kalor) dari satu titik ke
titik yang lain dalam suatu medium. Perpindahan pasti adakecepatan (laju). Laju
perpindahan kalor ini sangat bergantung pada jenis mediumnya.
Ada tiga cara perpindahan kalor,
yaitu antara lain :
1.
Konduksi
2.
Konveksi (aliran)
3.
Radiasi (pancaran)
Dibawah ini akan diterangkan lebih
lanjut dari cara perpindahan kalor yang terlah disebutkan diatas.
1. Perpindahan Kalor Secara Konduksi
Konduksi adalah perpindahan kalor
yang terjadi pada medium padat. Dalam perpindahan ini yang berpindah hanyalah
kalor dan mediumnya tidak ikut berpindah. Dengan kata lain, pada proses
perpindahan kalor tanpa disertai perpindahan partikel dinamakan konduksi.
Contohnya ketika seorang pandai besi
sedang membuat parang atau pisau bagian ujung besi yang tidak dipanaskan akan
ikut panas. Inilah sebabnya kenapa pandai besi menggunakan sarung tangan
sebagai isolator. Kalor dari perapian berpindah dari ujung besi yang dipanaskan
ke ujung lain yang tidak dipanaskan. Itulah contoh sederhana bahwa kalor memang
berpindah.
Secara sederhana laju perpindahan
kalor bisa dirumuskan sebagai kalor yang mengalir persatuan waktu. Laju
perpindahan kalor secara konduksi dirumuskan sebagai perkalian antara
konduktivitas kalor (k) dengan luas penampang (A) dan selisih suhu kedua titik
(T2-T1) dibagi dengan jarak kedua titik (x). Rumus laju perpindahannya adalah
sebagai berikut :
Contohnya : sebuah lempeng baja mempunyai
luas penampang 20 cm2 panjang 50 cm. jika perubahan suhu yang
terjadi antara 2 titik jaraknya 1 m pada lempeng baja tersebut adalah 500C
dan konduktivitas kalor dari lempeng baja tersebut adalah 0,16 W/mK. Maka
berapa laju perpindahan kalor?
=
0,16 x 20 x 10-4 x 50/1
=
1,6 x 10-3
Konduktor ialah zat yang mudah
menghantar kalor. Isolator ialah zat yang sukar menghantar kalor. Tetapi setiap
zat dapat menghantarkan kalor secara konduksi. Contoh dari konduktor dan
isolator ini berada dikehidupan sehari – hari. Contohnya seperti setrika
listrik. Pada bagian alasnya terbuat dari logam (konduktor) agar dapat
mengahantar kalor dari energi listrik ke pakaian yang disetrika. Dan pada
gagang setrika dibuat dari plastik (isolator), agar dapat memegang setrika
tanpa merasa panas.
2. Perpindahan Kalor Secara Konveksi
Konveksi merupakan perpindahan kalor
yang terjadi pada medium cair dan gas. Berbeda dengan konduksi, perpindahan
kalor ini disertai dengan perpindahan medium. Jadi yang bergerak tidak hanya kalor
tetapi juga medium peramabatannya.
Atau bisa dikatakan juga sebagai
proses perpindahan kalor dari satu bagian fluida ke bagian lain fluida oleh
pergerakan fluida itu sendiri dinamakan konveksi. Ada dua jenis konveksi, yaitu
konveksi alamiah dan konveksi paksa. Pada konveksi alamiah, pergerakan fluida
terjadi akibat perbedaan massa jenis. Bagian fluida yang menerima kalor
(dipanasi) memuai dan massa jenisnya menjadi lebih kecil, sehingga bergerak
keatas.
Sedangkan konveksi paksa adalah
proses perpindahan kalor melalui suatu zat yang disertai dengan perpindahan
partikel – partikel zat tersebut akibat suatu paksaan terhadap partikel bersuhu
tinggi tersebut. Contohnya seperti pada pendinginan dalam mesin mobil. Laju
perpindahan kalor secara konveksi dapa dirumuskan seperti pada berikut :
3. Perpindahan Kalor Secara Radiasi
Perpindahan kalor ini tidak sama
seperti kedua jenis perpindahan kalor sebelumnya. Seperti pada kalor dari
matahari dapat sampai ke bumi melalui ruang hampa tanpa zat perantara (medium).
Perpindahan kalor seperti ini disebut radiasi.
Perpindahan kalor dapat melalui
ruang hampa karena energi kalor dibawa dalam bentuk gelombang elektromagnetik.
Radiasi atau pacaran adalah perpindahan energi kalor dalam bentuk gelombang
elektromagnetik.
Panas matahari yang sampai kebumi
melewati ruang angka yang hampa udara (tanpa ada medium). Setiap benda bisa
menyerap kalor dipancarkan secara radiasi. Akan tetapi yang menentukan daya
serap dan daya bukanlah jenis bahan benda tersebut melainkan warnanya. Laju
penyerapan kalor yang dipancarkan secara radiasi dirumuskan sebagai berikut :
Ada banyak macam pemanfaatan radiasi
dalam keseharian. Seperti pada pendingin rumah, rumah kaca dan efek rumah kaca,
dan panel surya (solar panel).
Perubahan Wujud
Jika es dipanasi (diberi kalor) maka
beberapa waktu kemudian es berubah wujud menjadi air, dan selanjutnya air
berubah wujud menjadi uap. Demikian pula jika uap air didinginkan, maka
beberapa waktu kemudian uap air berubah wujud menjadi air. Selanjutnya air akan
berubah wujud menjadi es.
Melebur adalah perubahan wujud dari
padat menjadi cair. Membeku adalah perubahan wujud daric air menjadi padat.
Menguap adalah perubahan wujud dari cair menjadi gas. Mengembun adalah
perubahan wujud dari gas menjadi cair. Menyublim adalah perubahan wujud dari
padat langsung menjadi gas (tanpa melalui wujud cair). Deposisi adalah
kebalikan dari menyublim, yakni perubahan dari wujud gas ke wujud padat.
1. Melebur
Melebur adalah perubahan wujud zat
dari padat menjadi cair. Pada saat melebur, zat memerlukan kalor meskipun tidak
mengalami kenaikan suhu. Titik lebur adalah suhu pada waktu zat melebur. Kalor
yang diperlukan untuk mengubah wujud 1 kg zat padat menjadi zat cair dinamakan
kalor laten lebur atau kalor lebur.
Selain itu dalam beberapa sumber
mengatakan, mencair atau melebur yaitu peristiwa perubahan zat padat menjadi
cair, hal ini karena adanya kenaikan suhu (panas). Contoh peristiwa mencair
atau melebur yaitu pada batu es yang berubah menjadi air, lilin yang dipanaskan
dan lain – lain.
2. Membeku
Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, membeku adalah perubahan wujud daric air menjadi padat. Kalor yang
dilepaskan pada waktu zat membeku dinamakan kalor laten beku atau kalor beku.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa untuk zat yang sama, kalor lebur = kalor
beku.
Contoh dari peristiwa membeku ini
adalah seperti, air yang dimasukan ke dalam freezer akan menjadi es batu, lilin
cair yang didinginkan. Selanjutnya kedua jenis kalor laten yang telah
dijelaskan sebelumnya ini disebut kalor lebur dan diberi simbol Lf jika banyak kalor yang
diperlukan oleh zat yang massanya m
kg untuk melebur adalah Q Joule, maka sesuai dengan definisi tersebut, dapat
dituliskan sebagai berikut :
Lf =
atau Q = mLf
3.
Menguap
Menguap adalah peristiwa perubahan
zat cair menjadi gas. Pada saat menguap suatu zat memerlukan kalor, ini
dibuktikan pada peristiwa ketika spritus atau alkohol diteteskan sedikit pada
tangan, spritus akan menguap dengan cepat dan tangan terasa dingin. Untuk
menguap spritus tersebut memerlukan kalor. Kalor tersebut diambil dari tangan
sehingga tangan terasa dingin. Peristiwa ini menunjukkan bahwa pada waktu
menguap zat memerlukan kalor.
Contoh lain adalah air yang direbus
jika dibiarkan lama – kelamaan akan habis, bensin yang dibiarkan berada pada
tempat terbuka lama – kelamaan akan habis dan berubah menjadi gas. Adapun 4
cara untuk mempercepat terjadinya penguapan, yaitu : memanaskan, memperluas
permukaan, meniup udara diatas permukaan, dan mengurangi tekanan diatas
permukaan. Prinsip ini kemudian dipakai sebagai dasar untuk membuat AC dan
kulkas.
Adapula contoh pada kehidupan sehari
– hari kita, yaitu pada saat kita berkeringat penguapan dikeluarkan dari pori –
pori. Penguapan ini adalah cara tubuh kita dalam mengatur suhu badan. Sewaktu
suhu darah naik sedikit diatas suhu normal, kelenjar hypothalamus mendeteksi
kenaikan suhu ini, kemudian mengirim sinyal ke kelenjar keringat agar
meningkatkan produksi keringat. Keringat ini keluar dari pori – pori kulit, kemudian
menguap.
Kalor yang diperlukan untuk menguap
keringat diambil dari tubuh kita sendiri sehingga tubuh menjadi lebih dingin.
Maka ketika kita berkeringat, janganlah beridiri ditempat yang aliran anginnya
kuat, karena akan menghasilkan pendinginan lebih pada penguapan keringat, dan
menyebabkan turunnya ketahanan tubuh kita terhadap infeksi, sehingga
menyebabkan tubuh lebih mudah terserang penyakit.
4. Mengembun
Mengembun adalah peristiwa perubahan
benda gas menjadi air. Contoh mengembun adalah ketika kita menyimpan es batu
dalam sebuah gelas maka bagian luar gelas akan basah, atau rumput di lapangan
pada pagi hari menjadi basah padahal sore harinya tidak hujan.
Contoh dari mengembun adalah alat
pendingin lemari es terdiri dari pompa, pembeku, penukar panas, dan katup
pemuaian. Prinsip kerja siklus pendinginan sebuah lemari es. Sebagai fluida
kerja adalah CCl2F2 (salah satu senyawa Freon).
Selanjutnya fluida kerja, disebut saja sebagai Freon.
Sisi kiri rangkaian (termasuk
pembeku didalam lemari es) mengandung Freon pada suhu rendah dan tekanan
rendah, sisi kanan ( termasuk penukar panas yang berbentuk sirip – sirip dan
terdapat dibagian belakang lemari es) mengandung Freon pada suhu tinggi dan
tekanan tinggi.
Pompa (dijalankan oleh motor listrik
) menarik uap Freon yang keluar dari pembeku, menempatkannya (menaikkan
tekanan), dan meneruskannya ke penukar panas pada tekanan tinggi. Suhu uap
Freon sekarang menjadi lebih besar daripada suhu udara disekitar penukar panas
sehingga uap Freon akan melepaskan kalornya ke udara sekitarnya, dan melepaskan
kalornya ke udara sekitarnya, dan uap Freon mengembun menjadi cari.
Buktinya adalah ketika tangan
menjadi panas ketika menyentuh sirip – sirip penukar panas pada bagian belakang
lemari es. Freon cair yang keluar dari kendesor menuju ke katup pemuaian.
Disini, Freon cair memuai dan kelajuan pemuaiannya diatur oleh katup pemuaian.
Akibat pemuaian, Freon cair akan menyerap kalor dari bahan – bahan yang
disimpan didalam lemari es sehingga bahan – bahan tersebut mendingin. Sedangkan
Freon cair menguap. Uap Freon yang keluar dari pembeku kemudian ditarik oleh
pompa untuk mengulangi siklus berikutnya.
Siklus ini berulang – ulang terus –
menerus sehingga lemari es seakan – akan berfungsi mengambil kalor dari bahan –
bahan makanan dalam lemari es dan membebaskan kalor ini ke lingkungan
sekitarnya. Perantara untuk melakukan fungsi ini adalah fluida kerja yang
dinamakan Freon.
5. Mendidih
Peristiwa lain yang memperlihatkan
bahwa pada waktu menguap diperlukan kalor adalah mendidih. Jika penguapan hanya
terjadi dipermukaan zat cair saja dan dapat terjadi pada setiap suhu, maka
mendidih adalah penguapan yang terjadi diseluruh bagian zat cair dan hanya
dapat terjadi pada titik didih.
Pada waktu mendidih, suhu zat tetap
sekalipun pemanasan terus dilakukan. Semua kalor yang diberikan kepada zat
digunakan untuk mengubah wujud daric air menjadi uap. Suhu tetap ini disebut
titik didih yang besarnya sangat bergantung pada tekanan dipermukaan zat itu.
Titik didih zat pada tekanan 1 atm disebut titik didih normal.
Kalor yang diperlukan untuk mengubah
wujud 1 kg zat cair menjadi uap pada titik didih normalnya dinamakan kalor
laten uap atau kalor uap. Kalor uap disebut juga kalor didih. Sedangkan kalor
yang dilepaskan untuk mengubah wujud 1 kg uap menjadi cair pada titik didih
normalnya dinamakan kalor laten embun atau kalor embun saja.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa
untuk zat yang sama, kalor didih = kalor embun. Jika banyaknya kalor yang
diperlukan untuk mendidihkan zat yang massanya m kg adalah Q joule. Maka
dapat ditulis seperti ;
Lv
= Q atau Q = m.Lv
m
6. Menyublim
Menyublim adalah peristiwa perubahan zat
padat menjadi gas atau sebaliknya. Contoh menyublim yaitu pada kapur barus
(kamper) yang disimpan pada lemari pakaian lama-lama akan habis. Contoh lain
adalah karbon dioksida cair hanya ada pada tekanan yang lebih rendah dari 5 x 10 5 Pa
( kira – kira 5 atm), padahal karbon dioksida padat dapat menyublim pada
tekanan atsmosfer ( 1 atm). Oleh karena itu, pada keadaan normal, karbon
dioksida padat (disebut es kering) jka diberi kalor langsung berubah menjadi
gas karbon dioksida tanpa melalui wujud cair.
Peristiwa menyublim dimanfaatkan orang
dalam teknik pengeringan beku (freeze drying) untuk mengawetkan produk makanan,
bunga, dan plasma darah. Mula – mula produk makanan diawetkan dengan membekukan
kandungan airnya pada suhu yang rendah. Kemudian, es yang terkurung dalam
produk makanandiuapkan dengan cara mengurangi tekanan sehingga es langsung
menyublim menjadi uap air.
Uap ini dialirkan keluar dari tempat
pengeringan sehingga tertinggallah produk makanan kering tanpa kehilangan
kandungan zat – zat penting (bau dan citarasa). Oleh karena kering, produk
makanan tidak mudah membusuk. Kelak jika produk makanan hendak digunakan,
kondisinya dapat dipulihkan dengan menambah air.
Pemuaian
Pemuaian adalah bertambahnya ukuran suatu benda karena
pengaruh perubahan suhu atau bertambahnya ukuran suatu benda karena menerima
kalor. Jika sebuah benda dipanasi,
partikel – partikel didalamnya bergetar lebih kuat sehingga saling menjauh,
dapat dikatakan benda tersebut memuai. Jika sebuah benda didinginkan, getaran –
getaran partikel lebih lemah dan partikel – partikel saling mendekat, dan
sebagai hasilnya benda akan menyusut.
Pemuaian terjadi baik pada zat padat, cair, ataupun gas. Pemuaian
pada zat padat ada 3 jenis yaitu pemuaian panjang (untuk satu demensi),
pemuaian luas (dua dimensi) dan pemuaian volume (untuk tiga dimensi). Sedangkan
pada zat cair dan zat gas hanya terjadi pemuaian volume saja, khusus pada zat
gas biasanya diambil nilai koofisien muai volumenya sama dengan 1/273.
A. Pemuaian Zat Padat
Pemuaian zat padat dapat menimbulkan masalah, contohnya kaca
jendela selalu memuai bila terkena panas terus – menerus. Maka daripada itu,
bingkai kaca selalu didesaian dengan ukuran yang lebih sedikit besar daripada
ukuran kaca. Sedangkan pada rel kereta bila terkena panas terus – menerus akan
membuat rel melengkung, maka daripada itu desaian awal sambungan rel kereta
menyediakan celah diantara sambungan dua batang relnya.
Perbedaan pemuaian antara dua keeping logam yang berbeda
koefisien muainya pada keeping bimetal, dimanfaatkan pada skalar termal,
termostat bimetal, termometer bimetal, dan lampu sen mobil. Keping bimetal sangat
peka terhadap perubahan suhu. Ketika dipanaskan keeping melengkung ke arah
logam yang koefisien muainya lebih kecil (invar). Sebaliknya ketika didinginkan
keeping melengkung kearah logam yang koefisien muainya lebih besar (perunggu).
1.
Pemuaian
Panjang
Pemuaian panjang adalah bertambahnya
ukuran panjang suatu benda karena menerima kalor. Pada pemuaian panjang nilai
lebar dan tebal sangat kecil dibandingkan dengan nilai panjang benda tersebut.
Sehingga lebar dan tebal dianggap tidak ada. Contoh benda yang hanya mengalami
pemuaian panjang saja adalah kawat kecil yang panjang sekali.
Pemuaian panjang suatu benda
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu panjang awal benda, koefisien muai
panjang dan besar perubahan suhu. Koefisien muai panjang suatu benda sendiri
dipengaruhi oleh jenis benda atau jenis bahan.
Secara matematis persamaan yang
digunakan untuk menentukan pertambahan panjang benda setelah dipanaskan pada
suhu tertentu adalah sebagai berikut :
Bila ingin menentukan panjang akhir
setelah pemanasan maka digunakan persamaan sebagai berikut :
Yang perlu diperhatikan adalah
didalam rumus tersebut banyak sekali menggunakan lambang sehingga menyulitkan
dalam menghapal. Disarankan untuk sering menggunakan rumus tersebut dalam
mengerjakan soal dan tidak perlu dihapal.
Sebagai latihan berikut adalah
contoh soal berisi jawabannya :
1)
Suatu batang logam pada suhu 100C
memiliki panjang 100 cm. Tentukan panjang tersebut pada suhu 3000C
jika α = 0,000012 /oC
·
Diketahui :
Lo = 100
∆t = 300oC
Α = 0,000012/oC
·
Ditanya :
L = ?
·
Jawab :
L = Lo (1 + α. ∆t)
L = 100 ( 1 + {0,000012 x 300})
L = 100 ( 1 + 0,0036 )
L = 100 x ( 1,0036)
L = 100,36 cm
Keterangan
:
α = bilangan yang menunjukkan pertambahan panjang suatu
benda juka suhunya dinaikkan 10C tiap satuan panjang.
2)
Suatu batang logam pada suhu 15oC
memiliki panjang 100cm. Tentukkan panjang tersebut pada suhu 300oC
jika α = 0,000010/oC.
·
Diketahui :
Lo = 100
∆t = 300oC
α = 0,000010/oC
·
Ditanya :
L = ?
·
Jawab :
L = Lo (1 + α. ∆t)
L =
100 ( 1 + {0,000010 x 300})
L =
100 ( 1 + 0,003)
L =
100 x (1,003)
L =
100,3cm
2.
Pemuaian Luas
Pemuaian luas adalah pertambahan
ukuran luas suatu benda karena menerima kalor. Pemuaian luas terjadi pada benda
yang mempunyai ukuran panjang dan lebar, sedangkan tebalnya sangat kecil dan
dianggap tidak ada. Contoh benda yang mempunyai pemuaian luas adalah lempeng
besi yang lebar sekali dan tipis.
Seperti halnya pada pemuian luas
faktor yang mempengaruhi pemuaian luas adalah luas awal, koefisien muai luas,
dan perubahan suhu. Karena sebenarnya pemuaian luas itu merupakan pemuian
panjang yang ditinjau dari dua dimensi maka koefisien muai luas besarnya sama
dengan 2 kali koefisien muai panjang. Pada perguruan tinggi nanti akan dibahas
bagaimana perumusan sehingga diperoleh bahwa koefisien muai luas sama dengan 2
kali koefisien muai panjang.
Untuk menentukan pertambahan luas dan
volume akhir digunakan persamaan sebagai berikut :
Sebagai latihan berikut adalah
contoh soal beserta jawabannya, yaitu:
1)
Suatu plat aluminium berbentuk
persegi dengan panjang sisi 20cm pada suhu 25oC. Koefisien muai
panjang aluminium 0,000012/oC. Tentukan pertambahan luas plat
tersebut jika dipanasi hingga suhu 125oC.
·
Diketahui :
So = 20cm
∆T = 125 – 25 = 100oC
α = 0,000012/0C
·
Ditanya :
∆A = ?
·
jawab :
Ao = So x So
Ao = 20cm x 20cm
Ao = 400cm2
β = 2 α
β = 2 x 0,000012 =
0,000024/0C
∆A = Ao. β. ∆T
∆A = 400 x 0,000024 x 100
∆A = 0,96 cm2
Jadi, pertambahan luas aluminium tersebut adalah 0,96 cm2.
Luas setelah memuai adalah 400 + 0,96 = 400,96 cm2.
Keterangan
:
β = bilangan yang menunjukkan
pertambahan luas suatu benda jika suhunya dinaikkan 1oC tiap satuan
luas. β sama dengan 2α (koefisien muai luas = 2 x koefisien muai panjang).
2)
Suatu plat
aluminium berbentuk persegi dengan panjang sisi 30cm pada suhu 25oC.
Koefisien muai panjang aluminium 0,000022/oC. Tentukan pertambahan
luas plat tersebut jika dipanasi hingga suhu 135oC.
·
Diketahui :
So = 30cm
∆T = 135 – 25 = 1100C
α = 0,000022/oC
·
Ditanya :
∆A = ?
·
Jawab :
Ao =
So x So
Ao =
30 cm x 30 cm
Ao = 900 cm2
Ao = 900 cm2
β = 2 α
β = 2 x 0,000022 = 0,000044/0C
∆A = Ao. β. ∆T
∆A = 900 x 0,000044 x 110
∆A = 4,356 cm2
Jadi, pertambahan luas aluminium tersebut adalah 4,356 cm2. Luas setelah memuai adalah 900
+ 4,356 = 904,356 cm2.
3. Pemuaian Volume
Pemuaian volume adalah pertambahan
ukuran volume suatu benda karena menerima kalor. Pemuaian volume terjadi benda
yang mempunyai ukuran panjang, lebar dan tebal. Contoh benda yang mempunyai
pemuaian volume adalah kubus, air dan udara. Volume merupakan bentuk lain dari
panjang dalam 3 dimensi karena itu untuk menentukan koefisien muai volume sama
dengan 3 kali koefisien muai panjang. Sebagaimana yang telah dijelskan diatas
bahwa khusus gas koefisien muai volumenya sama dengan 1/273
Persamaan yang digunakan untuk
menentukan pertambahan volume dan volume akhir suatu benda tidak jauh beda pada
perumusan sebelum. Hanya saja beda pada lambangnya saja. Perumusannya adalah
Berikut adalah contoh soal dari
pemuaian volume, contoh soal ini dilengkapi dengan jawaban. Berikut adalah
contoh soalnya, anata lain :
1)
Sebuah bola tembaga pada suhu 150C
volumenya 1 dm3. Berapakah volume tembaga itu pada suhu 1000C,
jika koefisien muai panjang tembaga adalah 0,00002/0C.
·
Diketahui :
∆T = 100
– 15 = 850C
γ = 3α = 3 x 0,00002 = 0,00006/0C
Vo = 1
dm3
·
Ditanya :
V = ?
·
Jawab :
V = Vo ( 1 + γ. ∆T )
V = 1 ( 1 + {0,00006 x 85}
)
V = 1 ( 1 + 0,0051)
V = 1 x 1,0051
V = 1,0051 dm3
Jadi, volume tembaga setelah memuai adalah 1,0051 dm3
Keterangan :
γ = bilangan
yang menunjukkan pertambahan volume suatu benda jika suhunya dinaikkan 1oC
tiap satuan volume. Γ sama dengan 3α atau sama dengan 3/2 β. Koefisien muai
volume sama dengan 3 x koefisien muai panjang, atau sama dengan 3/2 x koefisien
muai luas.
2)
Sebuah bola tembaga pada suhu 10oC
volumnya 1 dm3. Berapakah volume tembaga itu pada suhu 90oC,
jika koefisien muai panjang tembaga adalah 0,00003/oC.
·
Diketahui :
∆T = 90 – 10 = 80oC
γ = 3α = 3 x 0,00003 = 0,00009/oC
Vo = 1
dm3
·
Ditanya :
V = ?
·
Jawab :
V = Vo ( 1 + γ. ∆T )
V = 1 ( 1 + {0,00009 x 80}
)
V = 1 ( 1 + 0,0072)
V = 1 x 1,0072
V = 1,0072 dm3
Jadi, volume tembaga setelah memuai adalah 1,0072 dm3.
B. Pemuaian Volum Zat
Cair
Sifat zat cair
adalah selalu mengikuti bentuk wadah yang ditempatinya. Jika air dituangkan
kedalam botol maka bentuk air mengikuti bentuk botol. Jadi wadah berarti volum.
Karena itu, zat cair hanya memiliki muai volum (tidak memiliki muai panjang dan
muai luas). Sehingga untuk zat cair yang diketahui selalu koefisien muai
volumnya.
Persamaan untuk
menghitung pemuaian volum zat cair persis sama dengan persamaan untuk
menghitung pemuaian volum zat padat. Hal terpenting yang perlu ditekankan
disini adalah pemuaian volum zat cair lebih besar daripada pemuaian volum zat
padat untuk kenaikkan suhu yang sama. Karena itu jika wadah berisi zat cair
hampir penuh dipanaskan, maka pada suhu tertentu zat cair dalam wadah akan
tumpah.
Berikut adalah
contoh pemuaian volum zat cair yang menyebabkan zat cair dalam wadah tumpah
apabila dipanaskan dalam suhu tertentu. Antara lain adalah :
1)
Sebuah bejana baja
4 L, 95 % volumnya diisi oleh alkohol. Jika suhu awal bejana 0oC,
dan bejana ini dipanaskan samapai 70oC. Berapakah volum alkohol yang
tumpah, jika koefisien muai panjang baja 0,000011/oC dan koefisien
muai alkohol 0,001/oC.
·
Diketahui :
o
Zat padat (bejana
baja)
Vo baja = 4 L = 4000 cm3
αbaja = 0,000011/0C
To = 0oC
T = 700C
o
Zat cair (alkohol)
Vo alk = 95% x 4000 cm3 = 3800cm3
γ alk = 0,001/0C
To = 00C
T = 70oC
·
Ditanya :
V (alkohol – baja) = ?
·
Jawab :
o
∆Vbaja = γbaja Vo baja ∆T
= 3 (0,000011) (4000)(70)
= 9,24 cm3
o
∆Valk = γalk Vo alk
∆T
= 0,001 (3800)(70)
= 266 cm3
Volum
bejana dan alkohol pada suhu T = 700C
adalah
o
Vbaja = Vo baja + ∆Vbaja
= 4000 + 9,24
= 4009,24 cm3
o
Valk = Vo alk + ∆Valk
= 3800 + 266
= 4066 cm3
Jadi,
volum alkohol yang tumpah adalah
o
∆V = Valk – Vbaja
= 4066 – 4009,24
= 56,76 cm3
C. Pemuaian Gas
Sama halnya seperti cair maupun
padat, gas juga mengalami pemuaian. Contoh dalam kejadian pemuaian gas ini
adalah ketika kita menaruh mulut balon yang belum ditiup kedalam mulut botol.
Lalu kita sediakan baskom yang telah diisikan air panas.
Ketika kita memasukan bagian bawah
botol kedalam emeber atau baskom yang telah diisikan dengan air panas,udara
dalam botol akan memuai. Ini menyebabkan balon mengembang.
Dan ketika bagian bawah botol
disiram dengan air ledeng, suhu udara akan berkurang. Udara menyusut dan
menyebabkan balon menipis. Dan ini menunjukkan bahwa udara memuai jika
dipanaskan.
Untuk jumlah gas yang tetap, keadaan
suatu gas dinyatakan oleh tiga variabel, yakni tekanan, volum, dan suhu
mutlaknya. Dengan demikian persamaan pemuaian gas melinatkan ketiga variabel
ini.
Daftar Pustaka
12. Kanginan, Marthen.2002.Fisika untuk SMA kelas X.
Jakarta :Penerbit Erlangga
Komentar
Posting Komentar