BESARAN DAN SATUAN
Sebenarnya dalam kehidupan
sehari-hari kita sering berhubungan dengan besaran dan satuan. Ketika
menyebutkan tinggi badan seseorang 175 cm dan berat badannya 60 kg, maka kita
sedang berhubungan dengan besaran panjang dan satuannya cm, dan besaran massa
dengan satuan kg.
Untuk mengetahui
lebih lengkap mengenai besaran dan satuan, dapat dilihat dibawah ini :
A.
Besaran
Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur, dihitung,
memiliki nilai dan satuan. Besaran menyatakan sifat dari benda. Sifat ini
dinyatakan dalam angka melalui hasil pengukuran. Oleh karena satu besaran
berbeda dengan besaran lainnya, maka ditetapkan satuan untuk tiap besaran. Satuan juga menunjukkan bahwa setiap
besaran diukur dengan cara berbeda.
Dari
pengertian diatas, dapat diartikan bahwa sesuatu dapat dikatan besaran harus
mempunyai 3 syarat, yaitu :
1.
dapat diukur atau dihitung
2.
dapat dinyatakan dengan angka-angka
atau mempunyai nilai
3.
mempunyai satuan
Didalam ilmu
fisika, besaran dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu besaran pokok dan besaran
turunan.
1.
Besaran Pokok
Besaran
pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu dan tidak
diturunkan dari besaran lain.
Didalam Sistem Internasional (SI) terdapat 7 besaran pokok yang memiliki
dimensi dan 2 besaran tambahan yang tidak memiliki dimensi.
Sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka
disebut besaran. Contoh besaran adalah panjang, massa, dan waktu. Besaran pada
umumnya memiliki satuan. Panjang memiliki satuan meter, massa memiliki satuan
kilogram, dan waktu memiliki satuan sekon. Tetapi nanti akan ada beberapa
besaran yang tidak memiliki satuan, misalnya indeks bias cahaya dan massa jenis
relatif.
Sebelum adanya standar internasional, hampir tiap negara
menetapkan sistem satuannya sendiri. Penggunaan bermacam-macam satuan untuk
suatu besaran ini menimbulkan kesukaran. Kesukaran pertama adalah diperlukannya
bermacam-macam alat ukur yang sesuai dengan satuan yang digunakan. Kesukaran
kedua adalah kerumitan konversi dari satu satuan ke satuan lainnya, misalnya
dari jengkal ke kaki. Ini disebabkan tidak adanya keteraturan yang mengatur
konversi satuan-satuan tersebut.
Akibat kesukaran yang ditimbulkan oleh penggunaan sistem
satuan yang berbeda maka muncul gagasan untuk menggunkan hanya satu jenis
satuan saja untuk besaran-besaran dalam ilmu pengetahuan alam dan teknologi.
Suatu perjanjian internasional telah menetapkan satuan sistem internasional
(Internasional System of Units) disingkat satuan SI. Satuan SI ini diambil dari
sistem metrik yang telah digunakan di Perancis.
Besaran pokok dalam satuan sistem internasional (SI) yang
memiliki dimensi ada 7, antara lain :
1.Besaran pokok panjang satuannya meter dengan lambang m
2.Besaran pokok suhu satuannya kelvin dengan lambang K
3.Besaran pokok waktu satuannya detik/sekon dengan lambang a
4.Besaran pokok arus listrik panjang
satuannya ampere dengan lambang A
5.Besaran pokok massa satuannya
kilogram dengan lambang kg
6. Besaran pokok intensitas cahaya satuannya
candela/kandela dengan
lambang cd
7. Besaran pokok jumlah zat
satuannya mole dengan lambang mol
Sedangkan,
besaran tambahan dalam satuan sistem internasional (SI) yang tidak memiliki
dimensi ada 2, antara lain :
1. Besaran tambahan sudut datar satuan radian dengan lambang
rad
2. Besaran tambahan sudut ruang satuan steradian dengan
lambang sr
Berikut
adalah tabel besaran pokok dalam satuan sistem internasional (SI) :
Besaran Pokok
|
Satuan
|
Singkatan
|
Dimensi
|
panjang
|
meter
|
m
|
[L]
|
massa
|
kilogram
|
kg
|
[M]
|
waktu
|
sekon
|
s
|
[T]
|
kuat arus listrik
|
ampere
|
A
|
[I]
|
Suhu
|
Kelvin
|
K
|
Teta
|
jumlah zat
|
mol
|
mol
|
[N]
|
intensitas cahaya
|
candela
|
cd
|
[J]
|
a. Panjang
Panjang
adalah jarak dalam suatu ruang. Perlihatkanlah lengan anda dan bentangkanlah
jari anda, maka jarak antara siku dan ujung jari terjauh anda dikenal sebagai
satu cubit, inilah cara yang
dilakukan selama kurang lebih 4000 tahun lalu di Mesir dan Mesopotamia. Satu
cubit diambil sebagai satuan panjang. Piramida besar masa lalu dibangun dengan
berdasarkan satuan cubit. Tetapi sangat sukar jika harus menggunakan satuan
cubit, karena satu cubit setiap orang berbeda-beda.
Sekarang
orang menggunakan meter sebagai satuan SI. Semula satu meter ditetapkan sebagi jarak antara dua goresan pada meter
standar sehingga jarak dari kutub utara ke khatulistiwa melalui paris adalah 10
juta meter. Meter standar adalah sebuah batang yang terbuat dari campuran
platina-iridium. Meter standar sulit dibuat ulang. Oleh karena itu, dibuat
turunan-turunannya dengan proses yang sangat teliti.
Adapun
kendala dalam penggunaan meter standar sebagai standar primer untuk panjang.
Pertama, meter standar mudah rusak dan jika rusak batang itu sukar dibuat
ulang. Kedua, ketelitian pengukuran tidak lagi memadai untuk ilmu pengetahuan
dan teknologi modern.
Untuk
mengatasi kendala-kendala tersebut, pada pertemuan ke 11 Konferensi Umum
Timbangan dan Ukuran tahun 1960, ditetapkan suatu standar atomic untuk panjang.
Pilihan jatuh kepada gelombang cahaya yang dipancarkan oleh gas kripton-86
(simbol Kr-86). Satu meter didefisinikan sama dengan 1 650 761,73 kali panjang
gelombang sinar jingga yang dipancarkan oleh atom-atom gas kripton-86 didalam
ruang hampa pada suatu loncatan listrik (CGPM ke-11, 1960). Meter yang di
‘atom’ kan ini sama panjang dengan meter standar. Meter ini mudah dibuat dengan
ketelitian yang tinggi.
CGPM
adalah singkatan dari Conference Generale
des Poids et Measuresㅡ
Konferensi Umum Timbangan dan Ukuran, yaitu suatu badan yang bernaung dibawah
Organisasi Internasional Timbangan dan Ukuran (OIPMㅡOrganisation Internationale des Poids et Measures). Tugas
badan ini, yaitu mengadakan konferensi sedikitnya satu kali dalam enam tahun
dan mengesahkan ketentuan baru dalam bidang metrologi dasar.
Definisi
baru satuan meter ; sejak lama sudah diketahui bahwa laju cahaya dalam vakum
adalam tetapan c dengan nilai 299 792
458 m/s, dengan ketelitian sama dengan ketelitian c, yaitu 4 :109 (lebih teliti daripada menggunakan
loncatan listrik oleh atom-atom Kr-86 dengan ketelitian 1 : 108)
karena alasan inilah ahli metrology sepakat untuk membuang definisi yang
berhubungan dengan pancaran atom kripton dan menggantikannya dengan meter yang
berhubungan dengan tetapan c dan
sekon.
b. Massa
Orang
awam sering menyamakan massa dengan berat. Dalam fisika kedua istilah itu
berbeda. Massa berkaitan dengan jumlah zat (materi) yang dikandung suatu benda.
Sedangkan berat adalah gaya berarah ke pusat bumi yang dikerjakan oleh bumi
pada suatu benda. Oleh karena itu, massa tetap tidak bergantung pada lokasi
benda, sedangkan berat bergantung pada lokasi benda.
Dalam
SI saruan massa adalah kilogram (Kg). satu kilogram adalah massa sebuah
kilogram standar (sebuah silinder terbuat dari platina-iridium), yang disimpan
di lembaga Timbangan dan Ukuran Internasional (CGPM ke-1 1899).
Untuk
menentukan massa sebuah atom, ilmuwan menetapkan standar massa kedua, yaitu
berdasarkan massa atom karbon-12. Berdasarkan persetujuan internasional,
ditetapkan bahwa massa sebuah atom karbon-12 sama dengan 12u (u adalah lambing
untuk atomic mass unit).
1 u = 1,6605402
x 10-17 Kg
Dalam menentukan massa sebuah atom,
ilmuwan menggunakan spektrometer massa,
yang didesain pertama kali oleh Francis
William pada tahun 1919. Dalam spektrometer massa, kita menentukan
perbandingan massa terhadap muatan (m/q)
dari ion yang muatannya diketahui dengan mengukur jari-jari orbit melingkar ion
tersebut dalam medan magnetik seragam.
Dengan spektrometer massa pertama saja,
perbedaan massa dapat diukur hingga ketelitian 1 bagian dalam 10 000.
c.
Waktu
Lebih dari 3000 tahun yang lalu Bangsa
Mesir membagi siang dan malam hari atas 12 jam yang sama. Aritmatika bangsa
Babilonia memiliki bilangan dasar 60. Ini kemungkinan yang menyebabkan ketika
jam mekanik berhasil dibuat pada abad ke-14, 1 jam dibagi lagi atas 60 menit. Kemudian,
ketika jam mekanik bisa mengukur selang waktu yang lebih singkat, 1 menit
dibagi lagi atas 60 detik.
Dan satuan dari waktu adalah sekon atau
detik.
Satu sekon
adalah selang waktu yang diperlukan oleh atom sesium-133 untuk
melakukan getaran sebanyak 9 192
631 770 kali dalam transisi antara dua
tingkat energi di tingkat
energi dasarnya (CGPM ke-13; 1967)
d.
Kuat Arus
Satuan
kuat arus listrik adalah “ampere” (disingkat A).
Satu
ampere adalah kuat arus tetap yang jika dialirkan melalui dua buah kawat yang
sejajar dan sangat panjang, dengan tebal yang dapat diabaikan dan diletakkan
pada jarak pisah 1 meter dalam vakum, menghasilkan gaya 2 × 10-7 newton pada
setiap meter kawat. 1 A adalah arus yang dalam keadaan mengalir melalui
dua konduktor berciri lurus dan sejajar dengan panjang tak
terhingga dan luas penampang yang diabaikan serta ditempatkan pada ruang
hampa dengan terpisah oleh jarak sepanjang 1 m, menghasilkan diantara
kedua konduktor pada setiap meter panjangnya gaya sebesar 0,2.10 -6N.
e.
Suhu
Satuan suhu adalah “kelvin” (disingkat K).
Satu kelvin adalah 1/273,16 kali suhu termodinamika titik
tripel air (CGPM ke-13, 1967). Dengan demikian, suhu termodinamika titik tripel
air adalah 273,16 K. Titik tripel air adalah suhu dimana air murni berada dalam
keadaan seimbang dengan es dan uap jenuhnya. 1K adalah 1/273,17 suhu
termodinamis dari air (H2O) pada titik bekunya. Pada skala
celcius, suhu titik beku air sama dengan 0.01oC. Dalam hal ini 0oC=273,16
K Interval skala temperature untuk 1oC sama dengan interval skala
untuk 1 K
f.
Jumlah Molekul
Satuan jumlah
molekul adalah “mol”. 1 mol adalah banyaknya materi dari suatu zat yang
sama dengan banyaknya partikel-partikel atom C-12 sebanyak 0,012 kg. Macam dari
partikel-partikel harus disebutkan.
g.
Intesitas Cahaya
Satuan
intensitas cahaya adalah “kandela” (disingkat cd).
Satu
kandenla adalah intensitas cahaya suatu sumber cahaya yang memancarkan radiasi
monokromatik pada frekuensi 540 × 1012 hertz dengan intensitas radiasi sebesar
1/683 watt per steradian dalam arah tersebut (CGPM ke-16, 1979). 1 cd adalah
intensitas cahaya dari sumber radiasi sinar monokromatik dengan frekuensi 540
Thz (Terahertz) pada arah tertentu, dalam keadaan intensitas radiasi sumber
cahaya tersebut pada arah ini adalah 1/683 W/sr (watt per steradial). 1
steradial adalah suatu satuan sudut ruang yang mencakup 1 m2 luas
permukaan bola dengan jari-jari 1m. Luas permukaan keseluruhan dari bola ini
dapat dituliskan sebagai Asp(1m) = 4 m2. Sehingga
sudut ruang keseluruhan dari steradial adalah = 4
2.
Besaran
Turunan
Besaran
turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok. Dengan demikian
satuan besaran turunan diturunkan dari satuan besaran pokok. Sebagai contoh
adalah luas, volum, massa jenis, kecepatan, dan percepatan.
Berikut
ini adalah berbagai contoh besaran turunan sesuai dengan sistem internasional /
SI yang diturunkan dari sistem MKS (meter - kilogram - sekon/second) :
·
Besaran
turunan energi satuannya joule dengan lambang J
·
Besaran
turunan gaya satuannya newton dengan lambang N
·
Besaran
turunan daya satuannya watt dengan lambang W
·
Besaran
turunan tekanan satuannya pascal dengan lambang Pa
·
Besaran
turunan frekuensi satuannya Hertz dengan lambang Hz
·
Besaran
turunan muatan listrik satuannya coulomb dengan lambang C
·
Besaran
turunan beda potensial satuannya volt dengan lambang V
·
Besaran
turunan hambatan listrik satuannya ohm
·
Besaran
turunan kapasitas kapasitor satuannya farad dengan lambang F
·
Besaran
turunan fluks magnet satuannya tesla dengan lambang T
·
Besaran
turunan induktansi satuannya henry dengan lambang H Besaran turunan fluks cahaya
satuannya lumen dengan lambang ln
·
Besaran
turunan kuat penerangan satuannya lux dengan lambang lx
Dan dalam bentuk tabel, sebagai berikut
:
Besaran Turunan
|
Rumus
|
Dimensi
|
Satuan dan Singkatan
|
Luas
|
panjangXlebar
|
[L]2
|
m2
|
Volum
|
panjangXlebarXtinggi
|
[L]3
|
m3
|
Massa jenis
|
massa/volum
|
[M][L]-3
|
kgm-3
|
Kecepatan
|
perpindahan/waktu
|
[L][T]-1
|
ms-1
|
Percepatan
|
kecepatan/waktu
|
[L][T]-2
|
ms-2
|
Gaya
|
massaXperpindahan
|
[M][L][T]-2
|
kgms-2 = newton (N)
|
Usaha dan Energi
|
gayaXperpindahan
|
[M][L]2[T]-2
|
kgm2s-2 = joule (J)
|
Tekanan
|
gaya/luas
|
[M][L]-1[T]-2
|
kgm-1s-2 = pascal (Pa)
|
Daya
|
usaha/waktu
|
[M][L]2[T]-3
|
kgm2s-3 = watt (W)
|
Impuls dan Momentum
|
gayaXwaktu
|
[M][L][T]-1
|
kgms-1 = Ns
|
Besaran
berdasarkan arah
Besaran
berdasarkan arah ini dibagi menjadi 2, yaitu besaran vektor dan besaran skalar.
a.
Besaran Skalar
Besaran skalar adalah besaran yang
hanya memiliki besar (nilai) saja, misalnya panjang, massa, waktu, suhu, massa
jenis, volume, energy potensial, usaha, potensial listrik dan sebagainya.
Konsep skalar dipakai dalam
matematika dan fisika. Konsep yang dipakai dalam fisika adalah versi yang lebih
konkret dari ide yang sama dalam matematika. Dalam matematika, arti skalar
bergantung kepada konteksnya; kata ini bisa berkaitan dengan bilangan nyata
atau bilangan kompleks atau bilangan rasional. Secara umum, ketika vektor ruang
dalam medan f dipelajari, maka f disebut medan skalar. Dalam aljabar
matriks, skalar didefinisikan sebagai matriks berordo 1x1 dan
memiliki sifat-sifat seperti bilangan belaka.
Dalam fisika, skalar adalah
kuantitas yang bisa dijelaskan dengan suatu angka (entah itu tanpa dimensi,
atau dalam suatu kuantitas fisika). Kuantitas skalar mempunyai besar
(magnitudo), tetapi tidak mempunyai arah dan oleh karena itu berbeda dengan vektor.
Secara lebih formal, suatu skalar adalah besaran rotasi koordinat (atau
transformasi Lorentz untuk relativitas).
Besaran skalar selalu bernilai
positif. Misal, panjang sebuah sapu tidak mungkin -2 meter, tetapi 2 meter.
Pada saat menghitung panjang suatu balok kayu, maka anda hanya akan menyebut
nilai dari panjang kayu tersebut, misalnya 2 meter. Hal yang sama juga pada
saat anda menghitung berat dari sebuah apel maka anda hanya akan menyebut nilai
dari berat apelnya saja, misalnya 1 kilogram. Itulah beberapa contoh besaran
skalar yang sering kita temukan pada kehidupan sehari-hari.
b.
Besaran Vektor
Jika sebuah manga yang anda beli
tadi, berada dalam genggaman tangan anda, yang semula diam kemudian terjatuh.
Buah manga tersebut jatuh kearah lantai yang disebabkan oleh gravitasi bumi
(gaya). Pada gerak manga, dari keadaan diam bergerak dengan kecepatan yang
terus bertambah dengan arah kebawah hingga menyentuh lantai. Dari kejadian
tersebut, kita dapat menyebutkan bahwa, besaran gaya dan besaran kecepatan
merupakan besaran vektor yaitu besaran yang memiliki nilai dan arah. Contoh
dari besaran vektor lainnya seperti, perpindahan, percepatan, impuls, momentum
dan sebagainya.
Untuk menggambar vektor digunakan
garis berarah yang ertitik pangkal. Panjang garis sebagai nilai vektor dan anak
panah menunjukkan arahnya. Simbol vektor menggunakan huruf kapital yang dicetak
tebal atau miring dengan tanda panah diatasnya seperti gambar berikut :
Menggambar sebuah vektor, vektor
pada bidang datar mempunyai 2 komponen yaitu pada sumbu x dan sumbu y. Khusus
untuk vektor yang segaris dengan sumbu x atau y berarti hanya mempunyai 1
komponen. Komponen vektor adalah vektor yang bekerja menyusun suatu vektor
hasil (resultan vektor). Oleh karenanya vektor bisa dipindahkan titik pangkalnya
asalkan tidak berubah besar dan arahnya.
Secara matematis vektor dapat
dituliskan A = Ax + Ay dimana A adalah resultan dari
komponen-komponennya berupa Ax dan Ay.
Contohnya seperti gambar yang ada
dibawah ini :
Dalam penggunaan vektor, dua buah
atu lebih dapat dijumlah, dikurang, dikalikan, atau dibagi. Kegiatan inilah
yang disebut dengan operasi vektor.
Menggambar
Penjumlahan atau Selisih dua buah Vektor dengan Metode segitiga
Misalkan dua orang anak mendorong
sebuah benda dengan vektor gaya masing-masing sebesar F1 dan F2, seperti
ditunjukkan diagram dibawah. Kearah mana benda itu akan pindah? Tentu saja
benda tersebut tidak berpindah searah F1 atau F2. Dalam kasus seperti itu maka
benda tersebut berpindah searah dengan F1 + F2. Operasi ini disebut dengan
vektor.
Cara menggambar jumlah dua buah
vektor adalah dengan metode segitiga. Pertama gambar vektor F1 berupa tanda
panah. Kedua, gambar vektor kedua, F2 dengan pangkalnya berhimpitan dengan
ujung vektor pertama, F1. Ketiga, jumlahkan kedua vektor dengan menggambar
vektor resultan (F1 + F2), dari pangkal vektor F1 menuju ujung vektor F2.
Selesai proses ini ditunjukkan pada gambar dibawah ini
Cara menggambar selisih vektor pada
dasarnya sama dengan menggambar penjumlahan dua vektor. Sebagai contoh, sebuah
vektor F1 dan vektor F2 nilainya seperti tampak pada diagram dibawah.
Berapa selisih kedua vektor
tersebut? Misalnya F3 adalah selisih vektor F1 dan F2, maka dapat kita tulis F3
= F1-F2 atau F3 = F1 + (-F2). Hal ini menunjukkan bahwa selisih antara vektor
F1 dan F2 sama saja dengan penjumlahan vektor F1 dan vektor –F2. Tanda minus
hanya menunjukkan bahwa arah –F2 berlawanan dengan F2.
Cara menggambar selisih vektor F1
dan F2, yaitu pertama gambar terlebih dahulu tanda panah yang melambangkan
vektor F1. Kedua, gambar vektor –F2. Vektor –F2 besarnya sama dengan F2, hanya
berlawanan arah. Ketiga, gambar tanda panah vektor resultan F3, dimana pangkal
vektor F1 dan ujung vektor F3 berimpit dengan ujung vektor –F2. Berimpit itu
artinya menempel, atau tersambung.
( Lihat dan bandingkanlah gambar
diatas dengan gambar dibawah ini)
Menggambar
penjumlahan lebih dari 2 vektor dengan metode poligon.
Poligon artinya segi banyak atau
banyak segi. Sebelum menggambar 2 vektor ada baiknya menggambar resultan atau
jumlah vektor yang lebih dari 3 terlebih dahulu.
Misalnya, seseorang bernama A
berpindah sejauh 4 meter vektor A, lalu berpindah lagi sejauh 3 meter vektor B,
lalu berpindah lagi sejauh 2 meter vektor C. (seperti pada gambar dibawah ini)
Untuk menggambar vektor resultan
atau hasil penjumlahan lebih dari 2 tidak bisa menggunakan metode segitiga.
Karena metode segitiga hanya digunakan khusus untuk 2 vektor saja.
Caranya pertama, gambar vektor A.
Kedua, gambar vektor B dimana pangkal vektor B berhimpit dengan ujung vektor A.
Ketiga, gambar vektor C di ujung vektor
D sebagai resultan atau hasil, dimana pangkal vektor D berhimpit dengan
pangkal vektor A dan ujung vektor B berhimpit dengan ujung vektor C. (seperti
pada gambar dibawah ini)
Menggambar
penjumlahan 2 atau lebih vektor menggunakan metode jajaran genjang.
Selain menggambar penjumlahan
vektor dengan metode atau cara segitiga dan poligon, kita juga bisa menggambar
menggunakan metode jajaran genjang. Kalau metode segitiga khusus untuk 2 vektor
dan metode poligon khusus untuk lebih dari 2 vektor, maka metode jajaran
genjang ini untuk menggambar penjumlahan 2 vektor atau lebih.
Menggambar
penjumlahan 2 vektor menggunakan metode jajaran genjang
Misalkan, dua orang anak mendorong
sebuah benda dengan vektor gaya masing-masing sebesar F1 dn F2. Seperti yang
ditunjukkan oleh gambar yang dibawah ini.
Untuk menggambar penjumlahan 2
vektor, yaitu pertama gambar vektor F1 menggunakan tanda panah. Kedua, gambar
vektor F2 dimana pangkal berimpit dengan pangkal vektor F1. Ketiga, gambar
vektor resultan F3 (F1 + F2 ) dimana pangkal vektor F3 berhimpit dengan pangkal
vektor F1 dan F2, sedangkan ujung vektor F3 berhimpit atau menempel dengan
titik temu garis putus-putus dari kedua ujung vektor F1 dan F2. Lihatlah gambar
dibawah ini
Menggambar
Penjumlahan lebih dari 2 vektor menggunakan metode jajaran genjang
Misalnya, seseorang bernama A
berpindah sejauh 4 meter vektor A, lalu berpindah lagi sejauh 3 meter vektor B,
lalu berpindah lagi sejauh 2 meter vektor C. (seperti pada gambar dibawah ini)
Untuk menggambar penjumlahan lebih
dari 2 vektor, yaitu pertama gambar vektor A menggunakan tanda panah. Kedua,
gambar vektor B dimana pangkalnya berhimpit
atau menempel dengan pangkal vektor A. Ketiga, gambar vektor C dimana
pangkalnya berhimpit dengan pangkal vektor A dan B. Keempat, buat garis
putus-putus tegak lurus dari ujung vektor A dan B sampai kedua garis
putus-putus tersebut bertemu, vektor D. Kelima, tarik garis dari pangkal vektor
A,B dan C menuju titik temu garis putus-putus yang telah digambar sebelumnya.
Keenam, buat kembali garis putus-putus tegak lurus dari titik temu vektor A dan
B dari ujung vektor C sampai kedua garis putus-putus tersebut bertemu. Setelah
itu tarik garis lurus dari pangkal vektor A,B dan C menuju titik temu garis
putus-putus yang baru saja dibuat. Garis
terakhir tersebut adalah Vektor Resultan (R).
Lihatlah gambar dibawah ini.
Penjumlahan Vektor
Inti dari operasi penjumlahan
vektor ialah mencari sebuah vektor yang komponen-komponennya adalah jumlah dari
kedua komponen-komponen vektor pembentuknya atau sevara sederhana berarti
mencari resultan dari 2 vektor.
Untuk vektor segaris, resultannya
R = A + B + C + n dst…
Untuk penjumlahan vektor yang tidak
segaris misalnya seperti gambar dibawah ini.
Rumus penjumlahan vektor bisa
didapat dari persamaan berikut ini.
Menurut aturan cosinus dalam
segitiga, adalah :
(OR)2 = (OP)2
+ (PR)2 – 2(OP)(PR) cos (180o - α)
(OR)2 = (OP)2 + (PR)2 - 2(OP)(PR) cos (-cos α)
(OR)2 = (OP)2 + (PR)2 - 2(OP)(PR) cos α
jika OP = A dan Resultan ‘R’ = OR
(OR)2 = (OP)2 + (PR)2 - 2(OP)(PR) cos (-cos α)
(OR)2 = (OP)2 + (PR)2 - 2(OP)(PR) cos α
jika OP = A dan Resultan ‘R’ = OR
PR = B
Maka, didapat persamaan:
R2 = A2 + B2 -
2AB cos α
Rumus menghitung resultan vektornya :
Rumus menghitung resultan vektornya :
Dalam penjumlahan vektor sobat
hitung bisa menggunakan 2 cara
1.
Penjumlahan Vektor dengan cara Jajar Genjang (Pararelogram)
yaitu seprti yang dijelaskan di
atas. Metode yang digunakan adalah dengan mencari diagonal jajar genjang yang
terbentuk dari 2 vektor dan tidak ada pemindahan titik tangkap vektor.
2.
Penjumlahan Vektor dengan Cara Segitiga
pada metode ini dilakukan pemindahan
titik tangka vektor 1 ke ujung vektor yang lain kemudian menghubungkan titi
tangkap atau titik pangkal vektor pertama dengn titik ujung vektor ke dua.
Lihat ilustrasi gambar di bawah ini
Untuk vektor yang lebih dari 2, sama
saja. Lakukan satu demi satu hingga ketemu resultan akhirnya. Dari gambar
di atas, V = A + B dan R = V + C atau R = A + B + C.
Pengurangan Vektor
Pengurangan Vektor pada prinsipnya
sama dengan penjumlahan, cuma yang membedakan adalah ada salah satu vektor
yang mempunyai arah yang berlawanan. Misalnya vektor A bergerak ke arah
timur dan B bergerak ke arah barat maka resultannya :
R = A + (-B) = A – B
Rumus Cepat Vektor
berikut rumus cepat panduan
mengerjakan soal vektor fisika
Jika
α = 0o maka R = V1 + V2
Jika
α = 90o maka R = √(V12 + V22)
Jika
α = 180o maka R = | V1 + V2 | –>
nilai mutlak
Jika
α = 120o dan V1 = V2 = V maka R = V
Contoh Soal
Dua buah vektor sebidang
erturut-turut besarnya 8 satuan dan 6 satuan, bertitik tangkap sama dan
mengapit sudut 30o Tentukan besar dan arah resultan vektor
tersebut tersebut!
B. Satuan
Satuan didefinisikan
sebagai pembanding dalam suatu pengukuran besaran. Atau bisa juga sebagai
sesuatu yang digunakan untuk menyatakan suatu besaran. Setiap besaran mempunyai
satuan masing-masing, tidak mungkin dalam 2 besaran yang berbeda mempunyai
satuan yang sama. Apabila ada dua besaran berbeda kemudian mempunyai satuan
sama maka besaran itu pada hakekatnya adalah sama. Sebagai contoh gaya (F)
mempunyai satuan Newton dan Berat (w) mempunyai satuan Newton. Besaran ini
kelihatannya berbeda tetapi sesungguhnya besaran ini sama yaitu besran turunan
gaya.
Satuan dan
besaran memang tidak bisa dipisahkan karena besaran harus mempunyai satuan agar
besaran tersebut dapat dengan mudah dihitung. Satuan dibagi menjadi 2, yaitu
satuan baku dan satuan yang tidak baku.
Misalnya,
untuk mengisi ember sampai penuh diperlukan air sebanyak 10 gayung. Andaikan,
gayung yang kita gunakan diawal, diganti dengan gayung yang berukuran lebih
kecil atau lebih besar. Coba kita ulangi pengisian ember tersebut. Samakah
jumlah satuan gayung yang kita peroleh? Begitu pula ketika kita hendak
menggunakan jengkal. Karena ukuran jengkal kita dengan orang lain belum tentu
sama. Maka dari itu jengkal merupakan salah satu dari contoh satuan tidak baku.
Dari ilustrasi diatas, sebenarnya
satuan seperti gayung, depa, hasta dan jengkal disebut dengan satuan tidak baku
karena hanya berlaku setempat dan hasil pengukuran yang diperoleh tidak selalu
sama. Karena sebenarnya satuan tidak baku adalah satuan yang apabila digunakan
oleh orang yang berbeda dapat menghasilkan hasil pengukuran yang berbeda.
Tetapi sampai saat ini, satuan tidak baku juga masih digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya di daerah Jawa Barat ialah tumbak. Tumbak ialah satuan
untuk luas tanah. 1 tumbak setara dengan 14 meter persegi.
Selain
satuan-satuan tidak baku tersebut, dapat pula digunakan satuan tidak baku untuk
massa, seperti menggunakan kelereng, dan satuan tidak baku seperti jam pasir
dan jam matahari. Jam matahari adalah jam yang dibuat dengan sebuah lempeng jam
matahari, bayangan tongkat akan berubah posisinya ketika matahari terbit atau
ketika matahari tepat diatas kepala. Posisi bayangan inilah yang berfungsi
sebagai penanda waktu, tongkat yang memberi bayangan tersebut disebut dengan
gnomon.
Sama
halnya dengan jam pasir, alat yang juga digunakan sebagai penanda waktu. Cara
kerja dari jam ini adalah dengan membalik sedemikian rupa sehingga semua pasir
berada di pertengahan atas. Pasir tersebut akan memerlukan waktu 30 menit untuk
mengalir ke dasar. Selain itu juga terdapat jam tetes air (clepsydras) yang
digunakan di negeri Arab. Pada jam tetes air waktu yang diukur berdasarkan
berapa lama waktu yang dipakai untuk mengalirkan air keluar dari suatu tempat
melalui sebuah lubang.
Untuk
itu, sangat penting dikembangkan sebuah alat yang bisa menghasilkan satuan
baku. Hal ini bertujuan agar siapapun yang menggunakan alat tersebut akan
memperoleh hasil yang sama. Untuk mempermudah pengukuran, dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi dibutuhkan keseragaman sistem satuan antarnegara yang
bersifat baku atau standar.
Maka
dari itu diperlukan syarat-syarat untuk menetapkan satuan baku. Syarat-syarat
yang diperlukan tersebut, antara lain :
1.
Satuan yang ditetapkan tidak
mengalami perubahan oleh pengaruh apapun.
2.
Satuan tersebut harus selalu sama
dimanapun dan kapanpun.
3.
Satuan yang ditetapkan harus mudah
ditiru oleh siapa saja yang menggunakannya.
Dari syarat itulah, pada tahun 1975
para ilmuwan di Perancis telah menciptakan suatu standar sistem satuan yang
berlaku diseluruh dunia. Sistem satuan baku ini disebut dengan Satuan
Internasional ( SI ). Satuan baku adalah satuan yang apabila digunakan oleh
siapapun akan menghasilkan hasil pengukuran yang sama.
Selain itu Satuan Internasional juga
dapat dinamakan sistem metrik. Sistem metrik ini terbagi menjadi dua, yakni
sistem MKS dan sistem CGS. Contoh dari satuan MKS yaitu, meter (m), kilogram
(Kg), dan sekon (s). sistem metriks ini juga lebih banyak digunakan oleh
sebagian besar negara di Eropa dan lainnya, sedangkan sistem Inggris hanya
digunakan oleh negara-negara Inggris, Amerika, dan bekas jajahannya.
Sedangkan contoh dari satuan CGS
yaitu, centimeter (cm), gram (g) dan sekon (s). selain sistem metrik terdapat
pula sistem British atau sistem Inggris. Seperti kaki (foot) untuk satuan
panjang, pon untuk satuan gaya, dan sekon untuk satuan waktu.
Satuan sistem internasional untuk
besaran pokok antara lain :
1.
Panjang
Satuan
panjang adalah meter. Definisi satu meter, adalah jarak yang ditempuh cahaya
(dalam vakum) dengan selang waktu 1/ 299 792 458 sekon.
2.
Massa
Massa zat
merupakan kuantitas yang terkandung dalam suatu zat. Satuan dari massa adalah
kilogram (Kg). definisi satu kilogram adalah massa sebuah kilogram standar yang
disimpan di Lembaga Timbangan dan Ukuran Internasional (CGPM ke-1 1899)
3.
Waktu
Satuan
dari waktu adalah sekon (s) atau dalam bahasa Indonesia adalah detik. Definisi
satu sekon adalah selang waktu yang diperlukan oleh atom sesium-133 untuk
melakukan getaran sebanyak 9 192 631 770 kali dalam transisi antara dua tingkat
energi di tingkat energi dasarnya (CGPM ke-13 ; 1967)
4.
Kuat Arus Listrik
Satuan
kuat arus listrik adalah ampere (A). Definisinya adalah kuat arus yang tetap
yang jika dialirkan melalui dua buah kawat yang sejajar dan sangat panjang,
dengan tebal yang dapat diabaikan dan diletakan pada jarak pisah 1 meter dalam
vakum, menghasilkan gaya 2 x 10-7 newton pada setiap meter kawat.
5.
Suhu
Satuan
suhu adalah Kelvin (K). Definisinya adalah 1/ 273,16 kali suhu termodinamika
titik tripel air (CGPM ke-13, 1967). Dengan demikian, suhu termodinamika titik
tripel air adalah 273,16 k. Titik tripel air adalah suhu dimana air murni
berada dalam keadaan seimbang dengan es dan uap jenuhnya.
6.
Jumlah Molekul
Satuan
pada jumlah molekul adalah mol.
7.
Intesitas Cahaya
Satuan
intesitas cahaya adalah candela (cd). Definisinya adalah intesitas cahaya suatu
sumber cahaya yang memancarkan radiasi monokromatik pada frekuensi 540 x 1012
hertz dengan intesitas radiasi sebesar 1/683 watt per steradian dalam arah
tersebut (CGPM ke-16, 1979)
Mengonversi satuan panjang, massa dan waktu
Setiap besaran memiliki satuan yang
sesuai. Penggunaan satuan suatu besaran harus tepat, sebab apabila tidak sesuai
akan berkesan janggal bahkan lucu. Misalnya seseorang mengatakan tinggi
badannya 150ºC, orang lain yang mendengar mungkin akan tersenyum karena hal itu
salah. Demikian pula dengan pernyataan bahwa suhu badan orang yang sehat
biasanya 36 meter, terdengar janggal.
Hasil suatu pengukuran belum tentu
dinyatakan dalam satuan yang sesuai dengan keinginan kita atau yang kita
perlukan. Contohnya panjang meja 1,5 m, sedangkan kita memerlukan dalam satuan
cm, satuan gram dinyatakan dalam kilogram, dari satuan milisekon menjadi sekon.
Untuk mengonversi atau mengubah dari suatu satuan ke satuan yang lainnya
diperlukan tangga konversi. Gambar di bawah menunjukkan tangga konversi panjang,
massa, dan waktu, beserta dengan langkah-langkah penggunaannya.
(
Tangga Konversi Panjang )
Awalan Satuan dan Sistem Satuan di
Luar Sistem Metrik
Di samping satuan sistem metrik,
juga dikenal satuan lainnya yang sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya liter, inci, yard, feet, mil, ton, dan ons. Satuan-satuan tersebut
dapat dikonversi atau diubah ke dalam satuan sistem metrik dengan patokan yang
ditentukan. Konversi besaran panjang menggunakan acuan sebagai berikut:
·
1 mil = 1760 yard (1 yard adalah
jarak pundak sampai ujung jari tangan orang dewasa).
·
1 yard = 3 feet (1 feet adalah jarak
tumit sampai ujung jari kaki orang dewasa).
·
1 feet = 12 inci (1 inci adalah
lebar maksimal ibu jari tangan orang dewasa).
·
1 inci = 2,54 cm
·
1 cm = 0,01 m
Satuan mil, yard, feet, inci
tersebut dinamakan satuan sistem Inggris. Untuk besaran massa berlaku juga
sistem konversi dari satuan sehari-hari maupun sistem Inggris ke dalam sistem
SI. Contohnya sebagai berikut.
·
1 ton = 1000 kg
·
1 kuintal = 100 kg
·
1 slug = 14,59 kg
·
1 ons (oz) = 0,02835 kg
·
1 pon (lb) = 0,4536 kg
Satuan waktu dalam kehidupan
sehari-hari dapat dikonversi ke dalam sistem SI yaitu detik atau sekon.
Contohnya sebagai berikut.
·
1 tahun = 3,156 x 10pangkat 7 detik
·
1 hari = 8,640 x 10 pangkat4 detik
·
1 jam = 3600 detik
·
1 menit = 60 detik
Di dalam sistem metrik juga dikenal
sistem awalan dari sistem MKS baik ke sistem makro maupun ke sistem mikro.
Perhatikan Tabel berikut ini.
Tabel Awalan Satuan Sistem Metrik
Besaran Panjang
Tabel Awalan Satuan Sistem Metrik
Penelitian jagad mikro dengan
konversi sistem mikro banyak berkembang dalam bidang teknolgi dewasa ini,
contohnya teknologi nano yang menyelidiki jagad renik seperti sel, virus,
bakteriofage, dan DNA. Adapun penelitian jagad makro menggunakan konversi
sistem makro karena objek penelitiannya mencakup wilayah lain dari jagad raya,
yaitu objek alam semesta di luar bumi.
Satuan
sistem internasional untuk besaran turunan, antara lain :
1.
Luas
Satuan
dari luas adalah meter kuadrat atau yang disingkat m2
2.
Volume
Satuan
dari volume adalah meter kubik atau yang disingkat m3
3.
Kecepatan
Satuan
kecepatan adalah meter per detik atau yang disingkat m/s
4.
Percepatan
Satuan
percepatan adalah meter per detik kuadrat atau yang disingkat m/s2
5.
Gaya
Satuan
gaya adalah newton atau yang disingkat N.
Mengonversi
Satuan Besaran Turunan
Besaran turunan memiliki satuan yang
dijabarkan dari satuan besaranbesaran pokok yang mendefinisikan besaran turunan
tersebut. Oleh karena itu, seringkali dijumpai satuan besaran turunan dapat
berkembang lebih dari satu macam karena penjabarannya dari definisi yang
berbeda. Sebagai contoh, satuan percepatan dapat ditulis dengan m/s2 dapat juga
ditulis dengan N/kg. Satuan besaran turunan dapat juga dikonversi. Perhatikan
beberapa contoh di bawah ini!
·
1 dyne = 10pangkat-5 newton
·
1 erg = 10pangkat-7 joule
·
1 kalori = 0,24 joule
·
1 kWh = 3,6 x 10pangkat6 joule
·
1 liter = 10pangkat-3 m3 = 1 dm3
·
1 ml = 1 cm3 = 1 cc
·
1 atm = 1,013 x 10pangkat5 pascal
·
1 gauss = 10pangkat-4 tesla
DIMENSI
Definisi
dimensi atau dalam bahasa latinnya adalah dimensio merupakan ukuran. Dimensi
suatu besaran merupakan hubungan antara besaran itu dengan besaran-besaran
pokok. Dengan kata lain, dimensi adalah cara suatu besaran itu tersusun atas
besaran-besaran pokoknya.
Atau dimensi bisa didefinisikan
sebagai cara untuk menyusun suatu besaran yang susunannya berdasarkan besaran
pokok dengan menggunakan lambing atau huruf tertentu yang ditempatkan dalam
kurung siku.
Dalam fisika dan matematika, dimensi dari suatu ruang atau obyek secara informal diartikan sebagai jumlah minimal koordinat yang dibutuhkan untuk menentukan titik-titik yang ada di
dalamnya.[1][2] Jadi, sebuah garis memiliki
dimensi karena hanya satu koordinat yang dibutuhkan untuk menentukan suatu
titik di permukaannya (misalnya titik di garis angka 5). Permukaan seperti bidang atau permukaan suatu tabung atau sfer memiliki
dimensi keduanya karena dibutuhkan dua koordinat untuk menentukan titik pada
permukaannya (misalnya untuk menentukan titik di permukaan dibutuhkan lintang dan bujurnya). Bagian dalam kubus, tabung bersifat tiga dimensi karena dibutuhkan tiga
koordinat untuk menentukan suatu titik di dalam ruangnya.
Dalam istilah fisika, dimensi merujuk pada struktur konstituen dari semua ruang (volum) dan posisinya dalam waktu (dipersepsikan sebagai
dimensi skalar di sepanjang sumbu t), serta cakupan spasial obyek-obyek
di dalamnya – struktur yang memiliki korelasi dengan konsep partikel
dan medan yang
berinteraksi sesuai relativitas massa dan pada dasarnya bersifat matematis. Sumbu ini atau
sumbu lainnya dapat diarahkan untuk mengidentifikasi suatu titik atau struktur
dalam tanggapan dan hubungannya terhadap obyek lain. Teori fisika yang mencakup
unsur waktu (misalnya relativitas umum) dianggap
terjadi dalam "ruang
waktu" empat
dimensi yang didefinisikan sebagai ruang Minkowski). Teori modern
cenderung lebih "berdimensi tinggi", termasuk teori medan kuantum dan string. Ruang tetap mekanika kuantum adalah ruang
fungsi berdimensi
tidak terbatas.
Dimensi besaran diwakili dengan
simbol, misalnya M, L, T yang mewakili massa (mass), panjang (length) dan waktu
(time). Sebagaimana
terdapat satuan
turunan yang
diturunkan dari satuan
dasar, terdapat
dimensi dasar primer besaran fisis dan dimensi sekunder besaran yang diturunkan
dari dimensi dasar primer. Misalnya, dimensi besaran
kecepatan adalah jarak/waktu (L/T)
dan dimensi gaya adalah massa × jarak/waktu² atau ML/T2. Ada
dua macam dimensi yaitu Dimensi Primer dan Dimensi Sekunder.
Dimensi Primer meliputi M (untuk satuan massa), L (untuk satuan panjang)
dan T (untuk satuan waktu). Dimensi Sekunder adalah dimensi dari semua
Besaran Turunan yang dinyatakan dalam Dimensi Primer. Contoh : Dimensi Gaya : M
L T-2 atau dimensi Percepatan : L T-2.
Semua besaran fisis dalam mekanika
dapat dinyatakan dengan tiga besaran pokok (Dimensi Primer) yaitu panjang, massa
dan waktu. Sebagaimana terdapat Satuan Besaran Turunan yang diturunkan dari
Satuan Besaran Pokok, demikian juga terdapat Dimensi Primer dan Dimensi
Sekunder yang diturunkan dari Dimensi Primer.
Berikut adalah tabel yang
menunjukkan dimensi dan satuan tujuh besaran dasar dalam sistem SI.
Satuan dan dimensi suatu variabel
fisika adalah dua hal berbeda. Satuan besaran fisis didefinisikan dengan
perjanjian, berhubungan dengan standar tertentu (contohnya, besaran panjang
dapat memiliki satuan meter, kaki, inci, mil, atau mikrometer), namun dimensi
besaran panjang hanya satu, yaitu L. Dua satuan yang berbeda dapat
dikonversikan satu sama lain (contohnya: 1 m = 39,37 in; angka 39,37 ini
disebut sebagai faktor konversi), sementara tidak ada faktor konversi antarlambang
dimensi.
Untuk
menyederhanakan pernyataan suatu besaran turunan dengan besaran pokok digunakan
dengan simbol yang disebut dimensi
besaran. Pada dasarnya dimensi digunakan untuk mengetahui persamaan besaran turunan di
mana satuan besaran turunan tersebut di bawah ke satuan aslinya yaitu satuan
besaran pokok. Misalnya satuan kecepatan adalah m/s, satuan kecepatatan berasal
dari dua besaran pokok yaitu besaran panjang dan waktu. Besaran panjang
satuannya meter (m) dan waktu satuannya sekon (s).
Dimensi
sekaligus memudahkan kita untuk menurunkan sebuah rumus dari bentuk yang kompleks
ke bentuk yang lebih sederhana. Jadi kita harus sudah mengetahui dan memahami
dengan baik tentang satuan besaran pokok.
Konsep dimensi tidak dibatasi hingga benda fisik saja. Ruang berdimensi
tinggi sering muncul dalam matematika dan ilmu pengetahuan atas berbagai
alasan, terutama dalam bentuk ruang konfigurasi sebagaimana mekanika Lagrange atau Hamilton; keduanya adalah ruang abstrak dan terbebas dari ruang
fisik yang ditempati manusia.
Kegunaan Dimensi
Kegunaan
dimensi dalam fisika, antara lain:
1.
Mengungkapkan adanya kesamaan atau
kesataraan antara dua besaran yang kelihatanya berbeda.
2.
Menyatakan benar tidaknya suatu
persamaan yang ada hubungannya dengan besaran fisika.
Manfaat Dimensi
Selain
kegunaan dimensi juga mempunyai manfaat, manfaat dimensi dalam fisika antara
lain :
1.
dapat digunakan untuk membuktikan
dua besaran sama atau tidak. Dua besaran sama jika keduanya memiliki dimensi
yang sama atau keduanya termasuk besaran vektor atau skalar,
2.
dapat digunakan untuk menentukan
persamaan yang pasti salah atau mungkin benar,
3.
dapat digunakan untuk menurunkan
persamaan suatu besaran fisis jika kesebandingan besaran fisis tersebut dengan
besaran-besaran fisis lainnya diketahui.
Analisis Dimensi
Analisis dimensi adalah alat konseptual
atau cara yang sering
diterapkan dalam fisika, kimia, dan teknik untuk memahami keadaan fisis yang
melibatkan besaran fisis yang
berbeda-beda. Analisis dimensi rutin digunakan dalam fisika dan teknik untuk
memeriksa ketepatan penurunan persamaan.
Misalnya, jika suatu besaran fisis memiliki satuan massa dibagi satuan volume namun persamaan hasil penurunan hanya memuat satuan
massa, persamaan tersebut jelaslah tidak tepat. Hanya besaran-besaran berdimensi sama yang dapat saling ditambahkan, dikurangkan, atau disamakan. Jika besaran-besaran berbeda dimensi terdapat di dalam
persamaan dan satu sama lain dibatasi tanda "+" atau "−"
atau "=", persamaan tersebut tidaklah mungkin; persamaan tersebut
harus dikoreksi terlebih dahulu sebelum digunakan. Jika besaran-besaran
berdimensi sama maupun berbeda dikalikan atau dibagi, dimensi besaran-besaran tersebut juga terkalikan atau
terbagi. Jika besaran berdimensi dipangkatkan, dimensi
besaran tersebut juga dipangkatkan.
Seringkali kita dapat menentukan
bahwa suatu rumus salah hanya dengan melihat dimensi atau satuan dari kedua
ruas persamaan. Sebagai contoh, ketika kita menggunakan rumus A= 2.Phi.r
untuk menghitung luas. Dengan melihat dimensi kedua ruas persamaan, yaitu [A] =
L2 dan [2.phi.r] = L kita dengan cepat dapat menyatakan bahwa rumus
tersebut salah karena dimensi kedua ruasnya tidak sama.
Tetapi perlu diingat, jika kedua
ruas memiliki dimensi yang sama, itu tidak berarti bahwa rumus tersebut benar.
Hal ini disebabkan pada rumus tersebut mungkin terdapat suatu angka atau
konstanta yang tidak memiliki dimensi, misalnya Ek = 1/2 mv2 , di
mana 1/2 tidak bisa diperoleh dari analisis dimensi. harus ingat karena dalam
suatu persamaan mungkin muncul angka tanpa dimensi, maka angka tersebut
diwakili dengan suatu konstanta tanpa dimensi, misalnya konstanta k.
Metode penjabaran dimensi atau
analisis dimensi menggunakan aturan-aturan, antara lain :
a.
Dimensi ruas kanan sama dengan
dimensi ruas kiri
b.
Setiap suku berdimensi sama
Sebagai contoh, untuk menganalisis
kebenaran dari dimensi jarak tempuh dapat dilihat persamaan berikut :
Jarak
tempuh = kecepatan x waktu
S
= v x t
Maka dimensi jarak tempuh dari rumus
s =
v A – t untu ruas kanan
adalah :
[ Jarak
tempuh ] = [ kecepatan ]
x [ waktu ]
[ L ] = [ L ][ T ]-1 x [ T
]
[ L ] = [ L ]
Apabila dimensi besaran pada kedua
ruas persamaan sama, maka dapat disimpulkan bahwa kemungkinan persamaan
tersebut benar. Akan tetapi, apabila dimensi besaran pada kedua ruas tidak
sama, maka dapat dipastikan persamaan tersebut salah.
Contoh Soal : menentukan dimensi
suatu besaran
Tentukan dimensi dari
besaran-besaran berikut ini : (a) volum, (b) massa jenis, (c) percepatan, (d)
usaha
Jawaban :
(a)
Persamaan Volum adalah hasil kali panjang, lebar dan tinggi di mana ketiganya
memiliki dimensi panjang, yakni [L]. Dengan demikian, Dimensi Volum
b)
Persamaan Massa Jenis adalah hasil bagi massa dan volum. Massa memiliki dimensi
[M] dan volum memiliki dimensi [L]3. Dengan demikian Dimensi massa
jenis :
(c)
Persamaan Percepatan adalah hasil bagi Kecepatan (besaran turunan) dengan
Waktu, di mana Kecepatan adalah hasil bagi Perpindahan dengan Waktu. Oleh
karena itu, kita terlebih dahulu menentukan dimensi Kecepatan, kemudian dimensi
Percepatan.
(d)
Persamaan Usaha adalah hasil kali Gaya (besaran Turunan) dan Perpindahan
(dimensi = [L]), sedang Gaya adalah hasil kali massa (dimensi = [M]) dengan percepatan
(besaran turunan). Karena itu kita tentukan dahulu dimensi Percepatan (lihat
(c)), kemudian dimensi Gaya dan terakhir dimensi Usaha.
Manfaat Analisis Dimensi
Seperti pada dimensi, pada analisis
dimensi ini juga memiliki manfaat. Manfaat dimensi, antara lain :
1.
Dapat digunakan untuk membuktikan
dua besaran fisika setara atau tidak. Dua besaran fisika hanya setara jika
keduanya meiliki dimensi yang sama dan keduanya termasuk besaran skalar atau
keduanya termasuk besaran vektor. Sebelumnya, anda telah mengetahui dimensi
usaha [W] = [M][L]2[T]-2. Sekarang, gunakanlah rumus
energi kinetic = 1/2mv2
untuk menentukan dimensi energi, dan akan diketahui bahwa usaha dan energi
adalah besaran yang setara.
2.
Dapat digunakan untuk menentukan
persamaan yang pasti salah atau mungkin benar
3.
Dapat digunakan untuk menurunkan
persamaan suatu besaran fisika jika kesebandingan besaran fisika tersebut
dengan besaran-besaran fisika lainnya diketahui
4.
Dapat menentukan dimensinya,
satuannya, dan besarannya
5.
Dapat menghitung 2 besaran atau
lebih yang setara
6.
Dapat mencari dimensi dari suatu
konstanta
ANGKA PENTING
A.
Definisi
Angka Penting
Mengukur
sangat berbeda dengan menghitung, walupun keduanya mengaitkan angka-angka
dengan suatu benda. Kita dapat menghitung jumlah lembaran
buku secara pasti. Akan tetapi, pengukuran selalu memiliki ketidakpastian.
Misalnya ketebalan kertas yang diukur dengan menggunakan micrometer sekrup. Tinggi benda yang diukur dengan
menggunakan meteran. Diameter
tabung yang diukur dengan menggunakan
jangka sorong. Massa benda yang diukur menggunakan neraca atau timbangan. Suhu yang diukur dengan menggunakan termometer. Kuat arus yang diukur
menggunakan amperemeter.
Bila
kita mengukur panjang suatu benda dengan mistar berskala mm (mempunyai batas
ketelitian 0,5 mm) dan melaporkan hasilnya dalam 4 angka penting, yaitu 114,5
mm. Jika panjang benda tersebut kita ukur dengan jangka sorong (jangka sorong
mempunyai batas ketelitian 0,1 mm) maka hasilnya dilaporkan dalam 5 angka
penting, misalnya 114,40 mm, dan jika diukur dengan mikrometer sekrup
(Mikrometer sekrup mempunyai batas ketelitian 0,01 mm) maka hasilnya dilaporkan
dalam 6 angka penting, misalnya 113,390 mm.
Ini
menunjukkan bahwa banyak angka penting yang dilaporkan sebagai hasil pengukuran
mencerminkan ketelitian suatu pengukuran. Makin banyak angka penting yang dapat
dilaporkan, makin teliti pengukuran tersebut. Semakin besar tingkat
ketelitian alat ukur, maka semakin kecil tingkat ketidakpastian dalam
pengukuran. Tentu saja pengukuran panjang dengan mikrometer sekrup
lebih teliti dari jangka sorong dan mistar.
Pada hasil pengukuran mistar tadi
dinyatakan dalam bilangan penting yang mengandung 4 angka penting : 114,5 mm.
Tiga angka pertama, yaitu: 1, 1, dan 4 adalah angka eksak/pasti karena dapat
dibaca pada skala, sedangkan satu angka terakhir, yaitu 5 adalah angka taksiran
karena angka ini tidak bisa dibaca pada skala, tetapi hanya ditaksir.
Jadi, angka penting adalah bilangan yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan menggunakan alat ukur, yang terdiri dari angka-angka penting yang
sudah pasti (terbaca pada alat ukur) dan satu angka terakhir yang ditafsir atau
diragukan.
Sedangkan
angka hasil perhitungan, bukan termasuk angka penting. Sebagai contoh jumlah
mahasiswa Pendidikan Fisika kelas A 09, Unimed adalah 50 orang. Maka angka 50
tidak memiliki angka penting, karena angka 50 merupakan angka hasil menghitung,
bukan angka hasil mengukur.
Jadi, angka eksak/pasti adalah angka yang sudah
pasti (tidak diragukan nilainya), yang diperoleh dari kegiatan membilang (menghitung).
Atau
misalnya saja kita melakukan pengukuran pada penggaris seperti pada gambar
dibawah ini.
dari
pengukuran di atas di dapat hasil 18,5. Jumlah angka yang penting ada 3. Angka
`18 sebagai angka eksak dan angka 0,5 atau 5 sebagai angka taksiran.
B.
Aturan
Angka Penting
Tujuan
dari pengukuran adalah menunjukkan hasil pengukuran tersebut pada orang lain
sehingga orang tersebut mengerti dan paham. Untuk itu diperlukan suatu aturan
agar penyajian hasil pengukuran tersebut mudah dipahami dan tetap memberikan
keakuratan yang dibutuhkan. Dan juga untuk menentukan jumlah angka penting dari
suatu perhitungan atau pengukuran mutlak perlu rumus atau aturan.
Aturan
yang dimaksud di atas adalah aturan angka penting. Berikut aturan angka
penting, antara lain :
1. Semua
angka bukan nol adalah angka penting.
Contoh : 325 mempunyai 3 angka
penting. 52,34 mempunyai 4 angka penting. 548 mempunyai 3 angka penting. 1,871
mempunyai 4 angka penting. 12,34 mempunyai 4 angka penting.
2.
Angka nol yang terletak di antara angka bukan nol adalah
angka penting.
Contoh: 1,009 mempunyai 4 angka penting, 3,02 mempunyai 3 angka penting. 2,022 mempunyai 4 angka penting. 101 mempunyai 3 angka penting.
Contoh: 1,009 mempunyai 4 angka penting, 3,02 mempunyai 3 angka penting. 2,022 mempunyai 4 angka penting. 101 mempunyai 3 angka penting.
3.
Angka nol disebelah kanan angka bukan nol adalah angka
penting, kecuali ada penjelasan khusus.
Contoh : 1.300.000 mempunyai 4 angka penting
4.
Angka nol dibelakang koma dan mengikuti angka bukan nol
adalah angka penting.
5.
Angka nol disebelah kanan tanda desimal dan tidak diapit
angka nol bukan angka penting.
Contoh : 25,00 mempunyai 2 angka penting. 25,000 mempunyai 2 angka penting.
2500 mempunyai 4 angka penting, karena tidak ada tanda desimalnya.
6.
Angka nol dibelakang angka bukan nol terakhir dalam bilangan
yang mempunyai tanda desimal adalah angka penting. Contoh : 25,00 mempunyai 4 angka penting. 3,50 mempunyai 3
angka penting.
7.
Angka nol di belakang angka bukan nol terakhir dalam
bilangan yang tidak mempunyai tanda desimal (koma) bisa merupakan angka penting
atau merupakan angka tidak penting.
Untuk menandai angka nol yang merupakan angka penting, tandai angka-angka nol
tersebut dengan garis atas atau tulis dalam tanda kurung berapa angka penting
yang ada dalam bilangan tersebut.
Contoh: 2500 mempunyai 2 angka penting, 35000 mempunyai 3 angka penting, 12000 mempunyai 4 angka penting, 800 (2 angka penting) mempunyai 2 angka penting.
Contoh: 2500 mempunyai 2 angka penting, 35000 mempunyai 3 angka penting, 12000 mempunyai 4 angka penting, 800 (2 angka penting) mempunyai 2 angka penting.
8. Angka nol
yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol, baik yang terletak di sebelah
kiri maupun di sebelah kanan koma desimal, bukan angka penting.
Jadi, 0,63 memiliki 2 angka penting dan 0,008 memiliki 1
angka penting. Hal ini akan lebih mudah terlihat jika ditulis 63 × 10–2
dan 8 × 10–3. Dalam penulisan hasil pengukuran, ada kalanya terdapat
angka yang digarisbawahi. Tanda garis bawah ini menunjukkan nilai yang
diragukan. Angka yang digarisbawahi termasuk angka penting, tetapi angka
setelah angka yang diragukan bukan angka penting. Jadi, 3541 memiliki 3 angka
penting dan 501,35 memiliki 4 angka penting.
9. Angka nol yang berada di belakang angka bukan nol,
bukan termasuk angka penting kecuali setelah ditentukan letak desimalnya. Misalnya
angka 12500, harus diubah dulu menjadi 1,25 x 104 berarti
memiliki 3 angka penting. Jika kita mengubahnya menjadi 1,250 x 104
berarti terdapat 4 angka penting
10. Semua
angka sebelum orde (Pada notasi ilmiah) termasuk
angka penting. Contoh : 3,2 x 105
memiliki dua angka penting, yakni 3 dan 2. 4,50 x 103 memiliki tiga
angka penting, yakni 4, 5 dan 0.
11. Bilangan-bilangan
puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya yang memiliki angka-angka nol
pada deretan akhir harus dituliskan dalam notasi ilmiah agar jelas
apakah angka-angka nol tersebut adalah angka penting atau
bukan.
Contoh :
Angka
|
Jumlah
Angka Penting
|
0,00342
|
3
|
342
|
3
|
340
|
2
atau 3
|
Angka terakhir pada contoh di atas bersifat ambigu. Untuk
menghilangkan sifat ambigu, notasi ilmiah harus dipakai.
Angka
|
Jumlah
Angka Penting
|
3,42
x 10-3
|
3
|
3,42
x 102
|
3
|
3,40
x 102
|
3
|
3,4
x 102
|
2
|
12. Batasan
jumlah angka penting bergantung dengan tanda yang diberikan pada urutan angka
dimaksud. Dengan kata lain, Angka nol pada deretan akhir sebuah bilangan
termasuk angka penting, kecuali kalau angka sebelum nol diberi
garis bawah.
Contoh: 1500 ton (memiliki 4 angka
penting) tapi kalau ada garis bawah di angka 0 pertama maka angka pentingnya
jadi 3.
C.
Operasi
Angka Penting
Untuk
menyelesaikan operasi bilangan yang melibatkan angka penting, diterapkan
beberapa aturan yang sedikit berbeda dengan operasi bilangan biasanya.
1.
Operasi Penjumlahan dan Pengurangan
Angka Penting
Perlu diingat bahwa, penjumlahan ataupun pengurangan angka
penting akan menghasilkan angka penting yang memiliki satu angka taksiran. Angka
taksiran adalah angka yang hasilnya tidak pasti. Misalnya ketika kita mengukur
panjang paku menggunakan penggaris, dan kita mendapatkan angka 5,6 cm lebih
sedikit. Lalu kita mengira ataupun menerka-nerka sendiri angka lebih sedikit
tersebut sehingga menjadi 5,64 cm. Berarti angka 4 tersebut adalah angka
taksiran.
Prosedur yang benar untuk penjumlahan ataupun pengurangan
angka penting, antara lain :
1.
Meratakan poin desimal
2.
Menandai angka penting terakhir
setiap nomor dengan tanda panah
3.
Mengkalkulasikan jawaban
4.
Tanda panah paling jauh ke kiri dari
angka penting terakhir jawaban
Aturan penjumlahan dan pengurangan
Angka-angka penting dalam
penjumlahan dan pengurangan ditentukan berdasarkan tempat titik desimal.
Misalkan sebuah batang dengan panjang 140 mm ditambahkan ke batang lain dengan
panjang 3,0 m, dan anda ingin menentukan panjang totalnya dengan menyamakan
satuan ke meter,diperoleh (0,140 m) + (3,0 m) = 3,140 m. Tetapi kita tidak tahu
apa-apa tentang angka-angka pada titik desimal kedua dan ketiga dari batang
yang panjangnya 3,0**. Dengan demikian, kita tidak bisa mengetahui penjumlahan
teliti sampai tiga desimal. Karena itu, dapatlah kita mengerti untuk
membulatkan penjumlahan sampai ke bilangan yang tempatb desimalnya paling kecil
dari semua bilangan yang terlibat dalam penjumlahan. Panjang gabungan batang
adalah 3,1 m, baik 3 dan 1 adalah angka penting.
Dengan penjumlahan bersusun kebawah,
tampak 3,1 m diperoleh dari aturan bahwa dalam penjumlahan ataupun dalam
pengurangan hasilnya hanya boleh mengandung satu angka penting. Peraturan penjumlahan
dan pengurangan angka penting juga hanya boleh mempunyai angka dibelakang koma
sebanyak bilangan yang mempunyai angka di belakang koma paling sedikit.
Contoh : 40,55 + 3,1 + 10,222 =
53,872
Bilangan yang mempunyai angka di
belakang koma paling sedikit adalah 3,1 (1 angka di belakang koma), jadi hasil
penjumlahan di atas harus dibulatkan menjadi 53,9 (1 angka di belakang koma, 3
angka penting).
a.
Penjumlahan
Angka Penting :
Contoh 1 :
5,64 (angka 4 adalah angka taksiran)
1,3 + (angka 3 adalah angka
taksiran)
6,94
(ada dua angka taksiran yakni, angka 9 dan angka 4)
Padahal hasil penjumlahan harus berisi satu angka taksiran. Jadi angka 4
harus dibulatkan, sehingga hasil penjumlahan menjadi 6,9.
Contoh 2 :
Jumlahkan 273,219 g; 15,5 g; dan 8,43 g
(jumlahkan seperti biasa, selanjutnya bulatkan hasilnya hingga hanya
terdapat satu angka taksiran)
Angka 4 dan 9 ditiadakan. Hasilnya = 297,1
Contoh 3 :
Misalnya
kita akan membuat larutan garam dari 180,0 g H2O + 0,708 g NaCl
Dengan
hasil 180,78 berarti terdapat angka taksiran 7 dan 8, sedangkan dalam aturan
hanya boleh ada satu angka taksiran jadi, hasilnya adalah 180,8 (dibulatkan ke
atas).
b. Pengurangan
Angka Penting
2,864 (angka 4 adalah
angka taksiran)
1,2 - (angka 2
adalah angka taksiran)
1,664 (angka 6 dan angka 4 adalah angka taksiran)
Karena hasil pengurangan harus mengandung satu angka
taksiran maka hasil pengurangan menjadi 1,7.
2.
Operasi Perkalian dan Pembagian Angka Penting
Jika anda melakukan operasi hitung perkalian atau pembagian
yang melibatkan beberapa bilangan penting, maka hasil akhir hanya boleh
mengandung angka penting sebanyak angka penting dari bilangan penting yang
angka pentingnya paling sedikit dari semua bilangan penting yang terlibat dalam
operasi. Misalnya, anda mengalikan 3 bilangan penting. Bilangan I memiliki 3
angka penting, bilangan II memiliki 4 angka penting dan bilangan III memiliki 2
angka penting. Maka hasil akhirnya hanya boleh memiliki 2 angka penting, yaitu
sebanyak bilangan penting III, yang memilki angka penting paling sedikit.
Misalnya;
a.
0,6283 cm x 2,2
cm = 1,38226 cm2
(4ap) (2ap) = 1,4 cm2
(2ap)
b.
4,554 x 105
kg :
3,00 x 102 m3 =
1,518 x 105-3 kg/m3
(4ap) (3ap) = 1,52
x 102 kg/m3
(
ap adalah singkatan dari angka penting )
Apabila
operasi perkalian atau pembagian dilakukan antara bilangan penting dengan
bilangan eksak, hasil perkalian atau pembagian antara bilangan penting dengan
bilangan eksak hanya boleh memiliki angka penting sebanyak angka penting pada
bilangan pentingnya.
Misalnya,
tinggi satu batubata 8,95 cm, maka tinggi 25 tumpukan batubata =
25 x 8,95 cm
= 223,75 cm = 224
cm ( ditulis dalam tiga angka penting ).
Prosedur yang benar untuk perkalian
dan pembagian angka penting, antara lain :
1.
Mengindikasikan jumlah angka penting
untuk setiap angka
2.
Mengkalkulasikan jawaban
3.
Membulatkan jawaban agar mempunyai
jumlah angka penting yang sama seperti angka dalam jumlah angka penting
terkecil 5,0 x 10,624 =
53,120 menjadi 53
a. Perkalian
Angka Penting
Contoh 1 :
1,253
(mengandung 4 angka penting)
1,1
x (mengandung 2 angka penting)
1,3783
(mengandung 5 angka penting)
Padahal hasil
perkalian harus mengandung jumlah angka penting yang paling sedikit dari faktor
pengali, dalam hal ini faktor pengali yang memiliki angka penting paling
sedikit adalah 1.1 yakni memiliki 2 angka penting sehingga hasil perkalian
harus mengandung 2 angka penting. Maka hasil perkalian menjadi 1,4.
Contoh 2 :
Hitunglah operasi perkalian berikut ini : 0,6283 x 2,2 cm
(petunjuk : lakukanlah prosedur perkalian atau pembagian
dengan cara biasa. Kemudian bulatkan hasilnya hinga memiliki angka penting sebanyak
salah satu bilangan yang memiliki angka penting paling sedikit)
Hasilnya dibulatkan menjadi 1,4 cm2 (dua angka penting)
Contoh 3 :
Hitunglah operasi perkalian berikut ini : 25 x 8,95
Hasilnya dibulatkan menjadi 224 cm (tiga angka penting) agar
sama dengan banyak angka penting pada bilangan penting 8,95
Contoh 4 :
3,4 x 6,7 = … ?
Jumlah angka penting paling sedikit adalah dua (3,4 dan 6,7
mempunyai dua angka penting)
Hasil perkaliannya adalah 22,78. Hasil ini harus dibulatkan
menjadi 23 (dua angka penting)
3,4 x 6,7 = 23
Contoh 5 :
2,5 x 3,2 = … ?
Jumlah angka penting paling sedikit adalah dua (2,5 dan 3,2
punya dua angka penting)
Jika kita hitung pakai kalkulator, hasilnya adalah 8. Harus
ditambahkan nol.
2,5 x 3,2 = 8,0 (dua angka penting)
Contoh 6 :
1,0 x 2,0 = 2,0 (dua angka penting), bukan 2
Pembagian angka penting cara kerjanya sama dengan perkalian angka penting.
b. Pembagian
Angka Penting
Contoh 1 :
2,0 : 3,0 = …. ? (angka penting paling sedikit adalah
dua)
Jika anda memakai kalkulator maka hasilnya adalah
0,66666666666666666 dan seterusnya… harus dibulatkan hingga hanya ada dua angka
penting :
2,0 : 3,0 = 0,67 (dua angka penting, yakni 6 dan 7)
Contoh 2 :
2,1 : 3,0 = …. ? (angka penting paling sedikit adalah
dua)
Jika anda memakai kalkulator maka hasilnya adalah 0,7…
harus ditambahkan nol sehingga terdapat dua angka penting :
2,1 : 3,0 = 0,70 (dua angka penting, yakni 7 dan 0)
Aturan perkalian dan pembagian angka penting
Jumlah angka penting pada hasil
akhir harus mengikuti jumlah angka penting yang paling sedikit. Dengan kata
lain, hasil perkalian atau pembagian hanya boleh mempunyai angka penting
sebanyak bilangan dengan angka penting paling sedikit. Untuk perkalian dan
pembagian angka penting dengan angka eksak, hasil akhir mengikuti jumlah angka
penting tersebut.
Contoh : ( 32,1 × 1,234 ) ÷ 1,2 = 33,0095
Bilangan yang mempunyai angka
penting paling sedikit adalah 1,2 (2 angka penting). Jadi hasil perkalian dan
pembagian di atas harus dibulatkan menjadi 33 (2 angka penting).
3.
Operasi Pangkat dan Akar
Hasil
pangkat atau akar akan memiliki banyak angka penting sama dengan banyak angka
penting bilangan yang dipangkatkan atau diakarkan. Hal ini karena pada dasarnya
operasi pangkat itu sama dengan operasi perkalian dan operasi akar sama seperti
operasi pembagian.
Hasil
pangkat angka penting harus mengandung jumlah angka penting yang sama dengan
jumlah angka penting yang di pangkatkan. Demikian juga pada penarikan akar
angka penting.
Contoh
memangkatkan angka penting
(1,5)2 hasilnya adalah 2,3. Karena 1,5 jika
dikuadratkan atau di pangkatkan adalah 2,25 tetapi karena hasil pengkuadratan
angka penting harus memiliki jumlah angka penting yang sama dengan jumlah angka
penting bilangan yang dikuadratkan maka hasilnya menjadi 2,3.
CONTOH SOAL :
Hitunglah
jumlah angka penting pada angka-angka dibawah ini:
1.
1,0050
2.
23,4000
3.
0,010025
4.
13,000124
5.
4500
6.
1,2
x 105
7.
1,20
x 103
Jawaban dari soal diatas adalah :
1.
5 angka penting yakni 1,0,0,5,0
2.
6 angka penting yakni 2,3,4,0,0,0
3.
5 angka penting yakni 1,0,0,2,5
4.
8 angka penting yakni
1,3,0,0,0,1,2,4
5.
4500 harus diubah dulu menjadi
bentuk baku 4,5 x 103 jadi ada 2 angka penting yakni
4,5 namun jika kita mengubahnya menjadi 4,50
x 103 maka ada 3 angka
penting yakni 4,5,0
6.
2 angka penting yakni 1,2
7.
3 angka penting yakni 1,2,0
Dua poin penting yang harus dibuat
tentang angka penting:
1.
Definisi eksak mempunyai jumlah tak
terdefinisi angka penting. Contoh, satu inch terdefinisi dengan pasti 2,54 cm,
1,000000+ inch =
2,54000000+ cm dimana tanda “+” mengindikasikan ada jumlah
tak terdefinisi angka nol. Secara umum nol tidak akan ditulis
2.
Angka-angka yang dihasilkan dari
hubungan matematika eksak mempunyai jumlah tak terdefinisi angka penting.
Untuk mengatasi permasalahan jumlah
angka penting yang tak terdefinisi, perlu dilakukan pembulatan angka. Dimana
pembulatan angka juga mempunyai aturan.
a.
Aturan-aturan pembulatan angka :
1.
Angka yang lebih besar dari 5
dibulatkan keatas dengan ditambah satu. Contoh 23,47 ditulis 23,5
2.
Angka lebih kecil dari 5 dibulatkan
kebawah dengan tidak mengalami perubahan. Contoh 56,23 ditulis 56,2
3.
Angka tepat sama dengan 5 dibulatkan
keatas apabila angka sebelumnya ganjil, dan tidak mengalami perubahan apabila
angka sebelumnya genap. Contoh : 46,75 ditulis 46,8
4.
Jika angka pertama setelah angka
yang hendak dipertahankan adalah 4 atau lebih kecil, maka angka itu dan seluruh
angka disebelah kanannya ditiadakan. Contoh : 75,494 =
75,49 ( angka 4 yang dibelakang 9 ditiadakan). 1,00839
= 1,008 (kedua angka dibelakang 8 ditiadakan)
5.
Jika angka pertama setelah angka
yang akan anda pertahankan adalah 5 atau lebih besar, maka angka tersebut dan
seluruh angka bagian kanannya ditiadakan. Angka terakhir yang dipertahankan
bertambah satu.
Secara ringkas dapat disimpulkan :
Membulatkan keatas jika angka
dibelakang pemotong diantara 5-9 Tidak dibulatkan keatas jika nagka dibelakang
pemotongan diantara 0-4. Seperti pada
tabel :
Hasil pada Kalkulator
|
Jumlah Angka Penting yang Dibutuhkan
|
Angka yang Dilaporkan
|
5.937.458
|
3
|
5.940.000
|
0,23946
|
3
|
0,239
|
0,23956
|
3
|
0,240
|
Contoh (1) 1,037878 = 1,038 (ketiga angka yang
diberi garis bawah dihilangkan, sedangkan angka 7 yang dicetak tebal,
dibulatkan menjadi 8).
Contoh (2) 28,02500 = 28,03 (ketiga angka yang
diberi garis bawah ditiadakan. Angka 2 yang dicetak tebal diubah menjadi 3).
Contoh (3) : 12,897 = 12,90 (angka 7 yang diberi garis bawah
ditiadakan. Angka 8 dan 9 yang dicetak tebal diubah menjadi 90.
b.
Aturan Perhitungan Angka Penting
a.
Penjumlahan dan pengurangan
Hasil
penjumlahan dan pengurangan pada angka penting hanya boleh mengandung satu
angka taksiran. Contoh : 23,4 + 34,21
=57,61 ditulis 57,6
b.
Perkalian dan pembagian
Hasil
perkalian dan pembagian pada angka penting ditulis sebanyak angka penting
sedikit. Contoh : 23,1 x 2 = 46,2 ditulis 50
c.
Pangkat dan akar
Hasil
pangkat dan akar pada angka penting ditulis sebanyak angka penting yang
dipangkatkan atau diakarkan. Contoh : 2,12 = 4,41
ditulis 4,4
D.
Notasi
Ilmiah
Notasi
ilmiah adalah cara untuk menuliskan sebuah bilangan dalam bentuk pangkat dari
sepuluh. Dengan kata lain, bilangan dituliskan dalam bentuk
a × 10n
dimana a
adalah sebuah bilangan riil yang
memenuhi syarat 1 ≤ |a| < 10 dan n adalah sebuah bilangan bulat. a disebut
sebagai signifikan dan n disebut sebagai eksponen.
Perhatikan bahwa nilai
absolut dari a harus paling kecil adalah 1 dan kurang dari 10, sehingga 0,34 x 102 dan
-11,23 x 104 bukan merupakan notasi ilmiah.
Contoh penulisan bilangan
dengan notasi ilmiah
• 1234 dituliskan sebagai 1,234 × 103
• -0,000023 dituliskan sebagai -2,3 × 10-5
• 50000000 dituliskan sebagai 5 × 107
Pengukuran dalam fisika terbentang mulai dari ukuran
partikel yang sangat kecil, seperti massa elektron, sampai dengan ukuran yang
sangat besar, seperti massa bumi. Penulisan hasil pengukuran massa sangat kecil
maupun sangat besar ini memerlukan tempat yang lebar dan sering salah dalam
penulisannya. Untuk mengatasi masalah tersebut, kita dapat menggunakan notasi
ilmiah atau notasi baku.
Seperti yang telah dijelaskan diatas,
dalam notasi ilmiah hasil pengukuran dinyatakan sebagai:
a... × 10n
dalam persamaan (1-7)
a . . . disebut bilangan penting,
dan 10n disebut orde
besar.
PENGUKURAN
Dalam ilmu fisika pengukuran dapat dilakukan pada
sesuatu yang terdefinisi dengan jelas. Misalnya, pengukuran panjang, massa,
temperature ataupun yang lainnya. Pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu:
1. Pengukuran
langsung adalah dengan sesuatu alat ukur langsung memberikan hasil pengukuran.
Contoh, pengukuran lebar meja
2. Pengukuran
tak langsung adalah dengan suatu cara dan perhitungan pengukuran ini barulah
memberikan hasilnya. Contoh, pengukuran benda-benda kuno.
A. Sistem Pengukuran
Amatilah tinggi badan teman anda, apakah terlihat
lebih tinggi ataupun lebih rendah daripada anda? Anda dapat mengetahui
jawabannya dengan membandingkan tinggi badan anda dengan teman anda. Akan
tetapi, anda akan mengalami kesulitan dalam menentukan secara tepat seberapa
besar perbedaan tinggi yang anda dan teman anda.
Dalam menentukan besarnya perbedaan ini, anda
tentunya membutuhkan alat bantu yang dapat memberikan solusinya dengan tepat.
Dalam kasus ini, secara tidak langsung anda telah melakukan suatu proses
pengukuran.
Membandingkan
suatu besaran dengan besaran lain yang telah ditetapkan sebagai standar
pengukuran disebut mengukur. Alat bantu dalam proses pengukuran disebut alat
ukur.
Sebelumnya akan dijelaskan tentang peranan
pengukuran dalam kehidupan sehari-hari sangat penting. Seorang tukang jahit
pakaian mengukur panjang kain untuk dipotong sesuai dengan pola pakaian yang
akan dibuat dengan menggunakan meteran pita. Penjual daging menimbang massa
daging sesuai kebutuhan pembelinya dengan menggunakan timbangan duduk.
Seorang petani tradisional mungkin
melakukan pengukuran panjang dan lebar sawahnya menggunakan satuan bata, dan
tentunya alat ukur yang digunakan adalah sebuah batu bata. Tetapi seorang
insinyur sipil mengukur lebar jalan menggunakan alat meteran kelos untuk
mendapatkan satuan meter.
Ketika kita mengukur panjang meja
dengan penggaris, misalnya didapat panjang meja 100 cm, maka panjang meja
merupakan besaran, 100 merupakan hasil dari pengukuran sedangkan cm adalah
satuannya.
Beberapa aspek pengukuran yang harus
diperhatikan yaitu ketepatan (akurasi), kalibrasi alat, ketelitian (presisi),
dan kepekaan (sensitivitas). Dengan aspek-aspek pengukuran tersebut diharapkan
mendapatkan hasil pengukuran yang akurat dan benar.
Berikut
ini akan dijelaskan proses pengukuran dengan menggunakan beberapa alat ukur,
antara lain alat ukur panjang, seperti mistar, jangka sorong, dan mikrometer
sekrup. Ataupun alat ukur massa dan alat ukur waktu.
a. Alat ukur
Ketika anda akan melakukan
pengukuran suatu besaran fisika, dibutuhkan alat ukur untuk membantu anda
mendapatkan data hasil pengukuran. Untuk mengukur panjang suatu benda, dapat
menggunakan mistar, jangka sorong, atau mikrometer sekrup.
Untuk mengukur massa suatu benda
dapat menggunakan timbangan atau neraca. Adapun untuk mengukur waktu, dapat
menggunakan jam atau stopwatch.
Selain faktor alat ukur, untuk
mendapatkan data hasil pengukuran yang akurat perlu juga dipertimbangkan
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi proses pengukuran, antara lain benda
yang diukur, proses pengukuran, kondisi lingkungan, dan orang yang melakukan
pengukuran.
1. Alat Ukur
Panjang
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang benda
haruslah sesuai dengan ukuran benda. Sebagai contoh, untuk mengukur lebar buku
kita gunakan pengaris, sedangkan untuk mengukur lebar jalan raya lebih mudah
menggunakan meteran kelos.
a. Mistar
Pada umumnya, mistar sebagai alat
ukur panjang memiliki dua skala ukuran, yaitu skala utama dan skala terkecil.
Satuan untuk skala utama adalah cm, dan satuan untuk terkecil adalah mm
(millimeter)
Penggaris atau mistar berbagai
macam jenisnya, seperti penggaris yang berbentuk lurus, berbentuk segitiga yang
terbuat dari plastik atau logam, mistar tukang kayu, dan penggaris berbentuk
pita ( meteran pita ). Mistar mempunyai batas ukur sampai 1 meter, sedangkan
meteran pita dapat mengukur panjang sampai 3 meter.
Jarak antara skala utama adalah 1
cm. Diantara skala utama terdapat 10 bagian skala terkecil sehingga satu skala
terkecil memiliki nilai 1 : 10 cm = 0,1 cm atau 1 mm.
Ketelitian mistar adalah setengah
dari skala terkecilnya. Jadi ketelitian atau ketidakpastian mistar adalah :
½
x 1 mm = 0,5 mm atau
0,05 cm
Pada saat pembacaan skala pada
mistar, posisi mata harus melihat tegak lurus terhadap skala. Hal ini bertujuan
untuk menghindari kesalahan pembacaan hasil pengukuran akibat beda sudut
kemiringan dalam melihat atau disebut dengan kesalahan paralaks.
b. Jangka
sorong
Jangka sorong umumnya digunakan
untuk mengukur diameter dalam benda, misalnya diameter cincin. Selain digunakan
untuk mengukur diameter dalam benda, jangka sorong juga bisa digunakan untuk
mengukur diameter luar.
Jangka sorong merupakan alat ukur
panjang yang terdiri atas skala utama, skala nonius, rahang pengatur garis
tengah dalam, rahang pengatur garis tengah luar, dan pengukur kedalaman. Rahang
pengatur tengah dalam dapat digunakan untuk mengatur diameter bagian dalam
sebuah benda.
Adapun rahang pengatur garis
tengah bagian luar dapat digunakan untuk mengukur diameter bagian luar sebuah
benda. Jangka sorong memiliki 10 skala utama yang memiliki panjang 1 cm.
sedangkan 10 skala nonius memiliki panjang 0,9. Jadi, beda satu skala nonius
dengan satu skala utama adalah 0,1cm – 0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1 m. jadi skala
terkecil jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.
Ketelitian jangka sorong adalah
setengah dari skala terkecilnya. Jadi, ketelitian jangka sorong adalah :
½
x 0,1 mm = 0,05 mm atau 0,005 cm.
Bagian-bagian penting jangka
sorong, yaitu:
1. Rahang
tetap dengan skala terkecil 0,1 mm atau 0,01 cm
2. Rahang
geser yang dilengkapi skala nonius. Skala tetap dan nonius mempunyai selisih
0,1 mm.
c. Mikrometer
Sekrup
Skala utama tertera pada selubung
dan skala nonius tertera selubung luar. Jika selubung luar diputar lengkap 1
kali maka rahang geser dan juga selubung luar maju atau mundur 0,5 mm. karena
selubung luar memiliki 50 skala, maka 1 skala pada selubung luar sama dengan
jarak maju atau mundur rahang geser sejauh 0,5 mm/50 = 0,01 mm. jadi, skala
terkecil mikrometer sekrup adalah 0,01 mm atau 0,001 cm.
Ketelitian mikrometer sekrup
adalah setengah dari skala terkecilnya. Jadi, ketelitian mikrometer sekrup
adalah:
½
x 0,01 mm = 0,005 mm atau 0,0005
cm
2. Alat Ukur Massa Benda
Timbangan
digunakan untuk mengukur massa benda. Prinsip kerjanya adalah keseimbangan
kedua lengan, yaitu keseimbangan antara massa benda yang diukur dengan anak
timbangan yang digunakan.
Dalam
dunia pendidikan sering digunakan neraca O’Hauss tiga lengan atau dua lengan.
Neraca ohaus juga ada yang berbentuk digital.
( nerasa
ohaus biasa ) (
neraca ohaus digital )
Selain menggunakan neraca ohaus, untuk mengukur massa, kita
dapat menggunakan neraca analitis.
Ataupun dengan menggunakan
beberapa alat ukur berat seperti :
(
Timbangan biasa ) (
Timbangan Dacin )
3. Alat Ukur
Waktu
Berbagai
jenis alat ukur waktu misalnya: jam analog, jam digital, jam dinding, jam atom,
jam matahari, dan stopwatch. Dari alat-alat tersebut, stopwatch termasuk alat
ukur yang memiliki ketelitian cukup baik, karena angka terkecilnya yaitu 0,1 s.
Sehingga ketelitian stopwatch adalah :
½ x 0,1
s = 0,05 s
Biasanya
seseorang dalam mengukur waktu menggunakan stopwatch, karena ketelitiannya yang
cukup baik. Tetapi pada zaman yang sudah modern ini terdapat banyak stopwatch,
baik yang manual ataupun yang digital.
( Stopwatch Manual ) ( Stopwatch Digital )
Selain
stopwatch, alat ukur waktu lainnya adalah jam tangan. Meskipun jam tangan ini
tidak terlalu memiliki ketelitian yang baik, tetapi jam tangan ini tetap saja
masih bisa digunakan untuk mengukur waktu.
(
Jam Tangan )
4.
Alat Ukur Suhu
Sebelum
membahas tentang alat ukur untuk suhu, ada baiknya kita mengetahui lebih dahulu
apa itu suhu. Ukuran derajat panas dan dingin suatu benda tersebut dinyatakan
dengan besaran suhu. Jadi, suhu adalah suatu besaran untuk menyatakan ukuran
derajat panas atau dinginnya suatu benda.
Suhu
termasuk besaran pokok. Alat untuk mengukur besaranya suhu suatu benda adalah
termometer. Termometer yang umum digunakan adalah termometer zat cair dengan
pengisi pipa kapilernya adalah raksa atau alkohol.
Pertimbangan
dipilihnya raksa sebagai pengisi pipa kapiler termometer adalah sebagai berikut
:
1.
Raksa tidak membasahi dinding kaca
2.
Raksa merupakan penghantar panas
yang baik
3.
Kalor jenis raksa rendah akibatnya
dengan perubahan panas yang kecil cukup dapat mengubah suhunya
4.
Jangkauan ukur raksa lebar karena
titik bekunya -39oC dan titik didihnya 357oC.
Pengukuran suhu yang sangat rendah
biasanya menggunakan termometer alkohol. Alkohol memiliki titik beku yang
sangat rendah, yaitu -114oC. namun demikian, termometer alkohol
tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu benda yang tinggi sebab titik
didihnya hanya 78oC.
Pada
pembuatan termometer terlebih dahulu ditetapkan titik tetap atas dan titik
bawah. Titik tetap termometer tersebut diukur pada tekanan 1 atmosfer. Diantara
kedua titik tetap tersebut dibuat skala suhu. Penetapan titik tetap bawah
adalah suhu ketika es melebur dan penetapan titik tetap atas adalah suhu saat
air mendidih.
Berikut
ini adalah penetapan titik tetap pada skala termometer.
a.
Termometer
Celcius
Titik
bawah diberi angka 0 dan titik atas diberi angka 100. Diantara titik tetap
bawah dan titik tetap atas dibagi 100 skala.
b.
Termometer
Reamur
Titik
tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas diberi angka 80. Diantara titik
tetap bawah dan titik tetap atas dibagi menjadi 80 skala.
c.
Termometer
Fahrenheit
Titik
tetap bawah diberi angka 32 dan titik tetap atas diberi angka 212. Suhu es yang
dicampur dengan garam ditetapkan sebagai 00F. diantara titik tetap
bawah dan titik tetap atas dibagai 180 skala.
d.
Termometer
Kelvin
Pada
termometer kelvin, titik terbawah diberi angka nol. Titik ini disebut suhu
mutlak, yaitu suhu terkecil yang dimiliki benda ketika energi total partikel
benda tersebut nol. Kelvin menetapkan suhu es melebur dengan angka 273 dan suhu
air mendidih dengan angka 373. Rentang titik tetap bawah dan titik tetap atas
termometer kelvin dibagi 100 skala.
( Titik Tetap Termometer )
Perbandingan skala antara temometer
Celcius, termometer Reaumur, dan termometer Fahrenheit adalah.
C : R : F = 100 : 80 : 180
C : R : F = 5 : 4 : 9
Dengan memperhatikan titik tetap
bawah 0ºC = 0ºR = 32ºF, maka hubungan skala C, R, dan F dapat ditulis sebagai
berikut:
tº C =5/4 tºR
tº C =5/9 (tºF – 32)
tº C =4/9 (tºF – 32)
Hubungan skala Celcius dan Kelvin
adalah
toK = tºC + 273 K
kita dapat
menentukan sendiri skala suatu termometer. Skala termometer yang kita buat
dapat dikonversikan ke skala termometer yang lain apabila pada saat menentukan
titik tetap kedua termometer berada dalam keadaan yang sama.
Misalnya,
kita akan menentukan skala termometer X dan Y. Termometer X dengan titik tetap
bawah Xb dan titik tetap atas Xa. Termometer Y dengan titik tetap bawah Yb dan
titik tetap atas Ya. Titik tetap bawah dan titik tetap atas kedua termometer di
atas adalah suhu saat es melebur dan suhu saat air mendidih pada tekanan 1
atmosfer.
Dengan
membandingkan perubahan suhu dan interval kedua titik tetap masing-masing
termometer, diperoleh hubungan sebagai berikut.
Keterangan:
Xa = titik tetap atas termometer atas
termometer X
Xb = titik tetap bawah
termometer X
Tx = suhu pada termometer X
Ya = titik tetap atas termometer Y
Yb = titik tetap bawah termometer
Ty = suhu pada termometer Y
Konversi
Skala Termometer
Seperti
kita ketahui bahwa zat cair sebagai bahan pengisi termometer ada dua macam,
yaitu air raksa dan alkohol. Nah, ternyata zat cair tersebut memiliki beberapa
keuntungan dan kerugian.
a
. Termometer air raksa.
Berikut
ini beberapa keuntungan air raksa sebagai pengisi termometer, antara lain :
1.
Air raksa tidak membasahi dinding
pipa kapiler, sehingga pengukurannya menjadi teliti.
2.
Air raksa mudah dilihat karena
mengkilat.
3.
Air raksa cepat mengambil panas dari
suatu benda yang sedang diukur
4.
Jangkauan suhu air raksa cukup
lebar, karena air raksa membeku pada suhu -40oC dan mendidih pada
suhu 360oC
5.
Volume air raksa berubah secara
teratur.
Selain memiliki beberapa keuntungan,
air raksa juga memiliki beberapa kerugian, antara lain :
1.
Air raksa harganya mahal
2.
Air raksa tidak dapat digunakan
untuk mengukur suhu yang sangat rendah
3.
Air raksa termasuk zat beracun
sehingga berbahaya apabila tabungnya pecah.
b.
Termometer
Alkohol
Keuntungan
menggunakan alkohol sebagai pengisi termometer, antara lain:
1.
Alkohol harganya murah
2.
Alkohol lebih teliti, sebab untuk
kenaikan suhu yang kecil ternyata alkohol mengalami perubahan volume yang besar
3.
Alkohol dapat mengukur suhu yang
sangat rendah, sebab titik beku alkohol -130oC
Kerugian menggunakan alkohol sebagai
pengisi termometer, antara lain :
1.
Membasahi dinding kaca
2.
Titik didihnya rendah 78oC
3.
Alkohol tidak berwarna, sehingga
perlu memberi warna daghulu agar dapat dilihat.
Mengapa air tidak dipakai untuk
mengisi tabung termometer? Alasannya karena air membasahi dinding kaca,
jangkauan suhunya terbatas, perubahan volumenya kecil, penghantar panas yang
jelek.
B.
Ketidakpastian pada Pengukuran
Dalam
pengukuran suatu besaran selalu ada kesalahan, baik yang dilakukan oleh anda
maupun alat ukur. Dengan kata lain, anda tidak mungkin memperoleh nilai benar xo, melainkan selalu terdapat
ketidakpastian. Ketidakpastian disebabkan oleh kesalahan dalam pengukuran.
Kesalahan adalah penyimpangan nilai yang diukur dari nilai benar xo.
•
Ada tiga macam kesalahan yang
mungkin akan terjadi, antara lain :
a.
Keteledoran atau Kesalahan umum
Keteledoran
umumnya disebabkan oleh keterbatasan pengamat, diantaranya kurang terampil
dalam memakai alat ukur, terutama alat ukur canggih yang melibatkan banyak
komponen yang harus diatur atau kekeliruan dalam melakukan pembacaan skala yang
kecil
b.
Kesalahan acak
Kesalahan
acak disebabkan adanya fluktuasi-fluktuasi yang halus pada kondisi-kondisi
pengukuran. Fluktuasi-fluktuasi halus dapat disebabkan oleh gerak Brown molekul
udara, fluktuasi tegangan listrik PLN atau baterai, landasan yang bergetar dan
bising.
Kesalahan
acak menghasilkan simpangan yang tidak dapat diprediksi terhadap nilai benar xo, sehingga setiap bacaan
memiliki peluang untuk berada diatas atau dibawah nilai benar. Kesalahan acak
tidak dapat dihilangkan tetapi dapat dikurangi dengan mengambil rata-rata dari
semua bacaan hasil pengukuran.
Ketika
sekumpulan bacaan memiliki kesalahan acak kecil, yaitu bacaan-bacaan ini
dipencar dekat dengan nilai rata-rata, maka pengukuran adalah presisi ( tepat
). Sebaliknya jika bacaan memiliki kesalahan acak besar, yaitu bacaan-bacaan
dipencar jauh dari nilai rata-rata, maka pengukuran adalah tidak presisi (
tidak tepat ).
c.
Kesalahan Sistematis
Kesalahan
sistematis menyebabkan kumpulan acak bacaan hasil ukur didistrubusi secara
konsisten disekitar nilai rata-rata yang cukup berbeda dengan nilai sebenarnya.
Kesalahan sistematis dapat dipredisi dan dihilangkan.
•
Penyebab kesalahan dalam pengukuran,
mungkin disebabkan oleh beberapa hal, seperti:
a.
Kesalahan kalibrasi
Kesalahan
kalibrasi yaitu penyesuaian pembubuhan nilai pada garis skala pada saat
pembuatannya. Ini mengakibatkan pembacaan terlalu besar atau terlalu kecil
sepanjang sekuruh skala. Kesalahan tersebut diatasi dengan mengkalibrasi ulang
instrument terhadap instrument standar.
b.
Kesalahan titik nol
Seperti
titik nol skala tidak berhimpit dengan titik nol jarum petunjuk atau kegagalan mengembalikan
jarum petunjuk ke nol sebelum melakukan pengukuran. Kesalahan tersebut diatasi
dengan melakukan koreksi pada penulisan hasil pengukuran
c.
Kesalahan komponen lain
Seperti
melemahnya pegas yang digunakan atau terjadi gesekan antara jarum dengan bidang
skala
d.
Kesalahan arah pandang
Kesalahan
arah pandang membaca nilai skala bila ada jarak antara jarum dan garis-garis
skala.
C.
Melaporkan Hasil Pengukuran
Dalam
melaporkan suatu besaran secara langsung, misalnya mengukur panjang pensil
dengan mistar atau diameter kelereng dengan mikrometer sekrup. Anda mungkin
akan memperoleh nilai benar xo
hasil pengukuran suatu besaran dilaporkan sebagai:
x = xo
∆x
dengan x adalah nilai pendekatan terhadap nilai benar xo dan ∆x
adalah ketidakpastiannya.
1.
Pengukuran Tunggal
Pengukuran
tunggal adalah pengukuran yang dilakukan satu kali saja. Adapun ketidakpastian
pada pengukuran tunggal ditetapkan sama dengan setengah skala terkecil.
a.
Pengukuran Tunggal Menggunakan
Mistar
Telah
diketahui sebelumnya, ketidakpastian mistar adalah ∆x
= 0,5 mm. setiap pengukuran selalu disertai dengan ketidakpastian sehingga
nilai ini selalu diikut sertakan dalam hasil pengukuran.
Seperti
pada gambar dibawah
Misalkan
hasil pengukuran adalah 2,1 cm. oleh karena ketidakpastian memiliki nilai dua
angka dibelakang koma, yakni 0,05 cm, maka hasil pengukuran ditulis pula dalam
dua angka di belakang koma, sehingga menjadi 2,10 cm. panjang pengukuran dapat
dituliskan menjadi :
L = x
+ ∆x ( 1-1 )
atau
L = 2,10 cm + 0,05 cm
variable x adalah nilai hasil pengukuran, ∆x nilai ketidakpastian dan L
adalah nilai panjang pengukuran. Hasil pengukuran tersebut dapat diartikan
bahwa panjang hasil pengukuran berada diantara 2,05 cm dan 2,15 cm. secara
matematika dapat dituliskan
2,05
cm < xo
< 2,15 cm
Dengan xo adalah panjang hasil
pengukuran.
b.
Pengukuran Tunggal Menggunakan
Jangka Sorong
Hasil pengukuran panjang sebuah
logam yang terbaca pada skala utama, yakni berada diantara 2,3 cm dan 2,4 cm.
Nilai ini didapat dari pembacaan posisi nilai nol pada skala nonius yang berada
diantara nilai 2,3 cm dan 2,4 cm pada skala utama.
Skala atau garis ke-12 pada skala
nonius berhimpit dengan skala atau garis pada skala utama, yakni pada nilai 4,7
cm. oleh karena nilai terkecil dari skala nonius adalah 0,05 mm atau 0,005 cm,
penulisan panjang logam menjadi
2,3
+ ( 12 x 0,005 cm ) =
2,36 cm.
Seperti yang anda ketahui bahwa
setiap alat ukur memiliki nilai tingkat ketelitian atau ketidakpastian. Nilai
ketelitian yang dimiliki oleh jangka sorong adalah setengah dari nilai skala
terkecil, yakni 0,025 mm atau 0,0025 cm.
Seperti halnya pengukuran tunggal
menggunakan mistar, nilai dibelakang koma pada nilai ketelitian harus sama
dengan nilai dibelakang koma pada nilai pengukuran. Oleh karena itu, panjang
logam dapat ditulis kembali menjadi 2,3600 cm. panjang hasil pengukuran secara
matematika dapat ditulis:
L
= (2,3600 + 0,0025 ) cm
Atau
2,3575
cm <
10 < 2,3625 cm
c.
Pengukuran Tunggal Menggunakan
Mikrometer Sekrup
Terlihat
nilai skala utama yang terbaca dari hasil pengukuran panjang dari benda adalah
5 mm.
Nilai
skala utama yang terbaca tersebut diperoleh dari nilai yang berhimpit dengan
selubung bagian luar. Skala nonius yang berhimpit dengan sumbu utama pada skala
utama menunjukkan nilai nonius yang terbaca, yakni bagian skala ke-45. Oleh
karena nilai terkecil yang dimiliki mikrometer sekrup pada skala nonius adalah
0,01 mm. nilai yang terbaca pada skala nonius menjadi 0,45 mm dan panjang benda
menjadi 5 mm + 0,45 mm = 5,45 mm. nilai ketelitian yang dimiliki skala nonius
pada mikrometer sekrup. Nilai ketelitian mikrometer sekrup memiliki 3 nilai
dibelakang koma sehingga nilai pengukurannya harus ditulis 5,450 mm dan panjang
pengukuran adalah :
L = ( 5,450 mm +
0,005 mm )
Dan secara
matematis, dapat ditulis
5,345 mm < 10
< 5,455 mm
2.
Pengukuran Berulang
Setelah
mempelajari pengukuran tunggal, kita dapat mempelajari pengukuran berulang.
Pengukuran berulang adalah pengukuran yang dilakukan tidak hanya sekali,
melainkan berulang-ulang supaya mendapatkan ketelitian yang maksimal dan
akurat.
Pengukuran
berulang digunakan ketika dalam proses mengukur, anda mendapatkan hasil yang
berbeda-beda dari segi pandang, baik dari segi pengamat ( pengukur ) maupun
dari segi objek yang diukur. Ketika anda melakukan pengukuran tunggal,
ketelitian atau ketidakpastian yang diperoleh adalah setengah dari skala
terkecil. Tetapi, dalam pengukuran berulang pernyataan ini tidak berlaku
melainkan menggunakan simpangan baku ( sx )
Hasil
pengukuran panjang suatu benda dapat berbeda-beda jika dilakukan
berulang-ulang. Laporan hasil pengukurannya berupa rata-rata nilai hasil
pengukuran dengan ketidakpastian yang sama dengan simpangan bakunya.
Sebagai
contoh, hasil pengukuran panjang sebuah benda sebanyak n kali adalah x1,
x2, x3,... ... xn. nilai
rata-ratanya,yaitu ;
Dengan n adalah jumlah data yang diukur dan x adalah nilai rata-rata hasil
pengukuran. Simpangan bakunya dapat ditulis, sebagai berikut:
Ketidakpastian relatif
sekitar 10% berhak atas 2 angka
Ketidakpastian relatif
sekitar 1% berhak atas 3 angka
Ketidakpastian relatif
sekitar 0,1%n berhak atas 4 angka
Ketidakpastian
relatif dihitung dengan persamaan berikut;
Ketidakpastian
relatif =
D.
Memperhatikan dan Menerapkan
Keselamatan Kerja dalam Pengukuran
Belajar
fisika tidak dapat dipisahkan dari kegiatan laboratorium. Dalam melaksanakan
percobaan dan kegiatan di laboratorium mungkin saja terjadi kecelakaan. Oleh
karena itu, penting sekali untuk menjaga keselamatan dalam bekerja. Salah satu
usaha menjaga keselamatan kerja dan mencegah terjadinya kecelakaan adalah
dengan memperhatikan dan melaksanakan tata tertib di laboratorium.
Mengapa
kecelakaan dapat terjadi? Kecelakaan di laboratorium dapat terjadi disebabkan
beberapa hal, antara lain:
1.
tidak mematuhi tata tertib
laboratorium,
2.
tidak bersikap baik dalam
melaksanakan kegiatan laboratorium,
3.
kurangnya pemahaman dan pengetahuan
terhadap alat, bahan, serta cara penggunaannya,
4.
kurangnya penjelasan dari guru atau
tenaga laboratorium, dan
5.
tidak menggunakan alat pelindung.
Adapun bahaya-bahaya yang mungkin
perlu diantisipasi di lingkungan laboratorium adalah sebagai berikut:
1.
luka bakar akibat panas,
2.
bahaya listrik,
3.
bahaya radioaktif, dan
4.
bahaya kebakaran.
Komentar
Posting Komentar